Apakah Anda orang kaya atau miskin? Bagaimana cara mengukur diri Anda, masuk kategori orang kaya atau miskin? Siapa orang kaya yang sebenarnya? Apakah orang kaya itu mereka yang gemar membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang mahal?
Seseorang
yang sukses secara finansial biasanya memiliki pemikiran, omongan, sikap dan
perbuatan yang serupa karakteristiknya. Hal-hal tersebutlah yang justru
menjadikan seseorang menjadi kaya. Kekayaan yang mereka dapatkan tidak turun
begitu saja dari langit. Namun, kekayaan tersebut merupakan buah dari apa yang
sudah mereka perjuangkan selama ini. Mereka bisa menjadi kaya karena memiliki
pikiran, kebiasaan, sikap dan perilaku yang tidak dimiliki oleh orang-orang
yang tidak sukses secara finansial.
Tapi
benarkah demikian? Berikut MSB sajikan tiga penelitian -yang mungkin saling
kontradiktif satu dengan yang lain- tentang gaya hidup orang kaya.
Orang Kaya Lebih Suka Berbohong dan Curang dan Cenderung
Tak Beretika
Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa orang-orang kaya justru cenderung lebih gampang
berbohong, menipu, bahkan melanggar hukum. Sebaliknya, anggota masyarakat dari
kelas ‘lebih rendah’ yang berasal dari latar belakang kurang beruntung lebih
sering menampilkan sikap-sikap terhormat. Temuan ini dapat memberi gambaran
ilmiah tentang bagaimana orang-orang kaya memiliki perilaku kurang ajar dan
suka ribut. Wow! Demikian dilaporkan The Telegraph (27 Februari 2012,
www.telegraph.co.uk)
“Temuan ini dapat membantu untuk menjelaskan asal usul krisis perbankan –dengan kepercayaan diri yang tinggi- bankir kaya lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan sembrono dalam pekerjaannya“, menurut Paul Piff, psikolog dari University of California di Berkeley, Amerika Serikat.
Dalam
penelitian yang dipimpinnya, Piff meminta beberapa kelompok orang dengan latar
belakang sosial yang berbeda untuk melakukan serangkaian tugas yang dirancang
spesifik. "Tugas-tugas ini bertujuan mengidentifikasi sifat-sifat tertentu
dari para responden, seperti kejujuran dan kepedulian kepada orang lain.
Setiap orang dalam kelompok diminta menjawab serangkaian pertanyaan tentang kekayaan mereka, pendidikan, latar belakang sosial, keyakinan atau agama, dan bagaimana mereka mengelola uang untuk menempatkan mereka ke dalam kelas sosial yang berbeda.
Para responden juga diminta untuk berpura-pura menjadi pengusaha dan melakukan wawancara kerja. Tugas ini diberikan untuk menguji apakah mereka akan berbohong atau menghindari fakta tertentu saat melakukan negosiasi gaji. Sebelumnya para responden diberi tahu bahwa tugas pekerjaannya akan semakin berlebih untuk enam bulan ke depan, tapi harus disembunyikan dari calon karyawan.
Tak hanya itu, para responden juga harus mengikuti sebuah permainan online menggunakan dadu. Dalam permainan itu, mereka diminta melaporkan skor mereka sendiri tanpa ada yang memeriksa atau mengawasi, sehingga mereka bebas jika ingin berbohong demi memperoleh skor tinggi atau hadiah uang tunai.
Sebagian responden dari kelompok lain diberi serangkaian skenario rekayasa. Mereka harus melakukan perbuatan tidak etis di tempat kerja untuk menguntungkan diri sendiri. Lalu mereka diminta untuk mempertanyakan dan menilai seberapa besar kemungkinan mereka untuk melakukan hal serupa.
Selain penelitian ini, para peneliti juga turun "ke lapangan" untuk melakukan serangkaian pengamatan di persimpangan lalu lintas di San Francisco. Status sosial para pengendara dinilai berdasarkan kendaraan apa yang mereka tumpangi berikut tampilan fisik, seperti usia. Dari perilaku mengendara, para peneliti dapat mengetahui kecenderungan untuk mengebut dan memotong jalur pengendara lain dan kemungkinan mereka berhenti untuk memberi kesempatan pejalan kaki melintas.
Secara keseluruhan, penelitian yang diterbitkan dalam “Prosiding National Academy of Sciences” ini menyimpulkan bahwa orang-orang dari latar belakang yang lebih kaya atau berkuasa cenderung memunculkan sifat rakus, berbohong dalam negosiasi, dan lebih mungkin menipu. Temuan ini, menurut Piff, cukup mengejutkan karena orang-orang kelas "bawah" hidup dalam lingkungan serba terbatas serta ancaman dan ketidakpastian yang lebih besar. "Jadi cukup beralasan jika individu kelas ‘bawah’ lebih termotivasi untuk berperilaku tidak etis demi meningkatkan kesejahteraan atau mengatasi kelemahan mereka," ujarnya.
Piff mengatakan temuan ini memperlihatkan kebenaran yang menyebutkan bahwa ketamakan adalah akar semua perilaku tidak etis. "Penelitian sejarah juga membenarkan gagasan ini. Misalnya, krisis ekonomi telah dikaitkan dengan tindakan tidak etis dari orang-orang kaya," katanya. Termasuk krisis ekonomi Indonesia ???
Hasil
penelitian lainnya menemukan bahwa orang kaya cenderung berperilaku tidak etis.
Dalam penelitian ini, para peneliti dari University of California, memposisikan
diri sebagai pengamat di persimpangan jalan di San Francisco. Mereka mengamati
para sopir yang bersabar di lampu merah menunggu giliran dan bagaimana sikap
mereka kepada pejalan kaki. Merek mobil dijadikan salah satu indikasi status
sosial ekonomi pemakainya.
Jika Anda pernah berpikir orang yang mengendarai Mercy model terakhir lebih brengsek dari yang di belakang kemudi Honda butut, Anda benar. Bahkan setelah mengendalikan faktor seperti kepadatan lalu lintas dan jenis kelamin pengemudi serta usia (pria yang lebih muda cenderung untuk mengemudi lebih cepat dan sering kasar), si mobil mahal cenderung lebih arogan di jalan.
"Para pengemudi kendaraan mahal empat kali lebih mungkin untuk memotong kendaraan lain yang statusnya lebih rendah," kata Piff. Pengemudi mobil mewah juga tiga kali lebih mungkin mengancam keselamatan pejalan kaki, yaitu dengan mengambil hak jalan di sebuah penyeberangan.
Dalam
lima penelitian lebih lanjut di dalam ruangan, peserta melaporkan status sosial
ekonomi mereka kemudian membaca deskripsi orang yang mencuri atau mendapatkan
manfaat dari hal-hal yang sebenarnya bukan hak mereka. Ketika ditanya seberapa
besar kemungkinan mereka terlibat dalam perilaku yang sama, peserta terkaya
dari 105 mahasiswa lebih mungkin mengakui mereka akan berbuat demikian,
dibandingkan dengan mereka dari latar belakang kelas menengah atau kelas
bawah.
Pada percobaan berikutnya, peneliti meminta 129 siswa untuk membandingkan diri dengan mereka yang jauh lebih kaya atau jauh lebih miskin dari mereka. Studi sebelumnya menemukan manipulasi ini mempengaruhi persepsi masyarakat kelas atas dan perilaku mereka sendiri.
Para peserta kemudian ditawari permen dan mereka diberi tahu seharusnya permen itu dapat diberikan kepada anak di laboratorium lain. Mereka yang merasa kaya mengambil permen lebih banyak dari mereka yang merasa kurang beruntung.
Dua penelitian lain yang juga dilakukan, membuktikan mereka yang kaya cenderung curang dan pelit.
Namun tak selamanya orang kaya pelit. Penelitian Piff yang lain menunjukkan orang kaya lebih mudah berperilaku murah hati, namun setelah mereka menonton tayangan tentang kemiskinan. "Kami tidak berpendapat bahwa orang kaya itu jahat sekali, tapi bahwa fitur psikologis kekayaan memiliki efek alami," katanya.
Gaya Hidup Orang Kaya Yang Bahagia
Ada sebuah lembaga penelitian sekuler di USA
yg meneliti tentang orang-orang bahagia. Karena ini lembaga sekuler, ukuran
bahagia pertama adalah banyaknya uang, maka lembaga tersebut mensurvey
orang-orang kaya (milyuner) dengan sample awal sebanyak lebih dari 200
ribu orang milyuner. Dari 200 ribu itu disaring kadar bahagia-nya berdasarkan
berbagai parameter termasuk keluarga tersebut.
Hasil saringan terakhir ada sekitar 200 orang yang dianggap sangat bahagia, karena selain kaya, bisnisnya luar biasa, menikmati hidup, keluarganya beres. Hasil survey tersebut ditulis dalam buku karangan Thomas Stanley berjudul "The Millionaire Mind."
Orang-orang kaya tersebut rata-rata sudah berumur, mereka adalah orang kaya dalam 1 generasi, artinya bukan kaya warisan, tapi kaya dengan modal zero, alias kerja sendiri. Kemudian orang-orang ini diwawancara satu persatu secara detail, dan di-summary-kan gaya hidup orang-orang tersebut.
Berikut 10 gaya hidup:
1. Orang-orang tersebut frugal = hemat
artinya:
mereka penuh pertimbangan dalam memanfaatkan uang mereka. Untuk beli sesuatu,
pikir-pikir dulu sekitar 20 kali, tipe orang yang selalu bertanya kepada Tuhan
tentang segala sesuatu pengeluaran. Mereka tidak diperbudak mode, meskipun
tidak kuno, tapi modis. Mereka tahu di mana beli barang bagus tapi murah.
2. Orang-orang
tersebut selalu hidup di bawah pendapatan mereka, tidak hidup gali lobang tutup
lobang alias anti utang.
3. Sangat
loyal terhadap pasangan - tidak cerai dan setia!
4. Selalu
lolos dari prahara baik dalam keluarga/bisnis (di USA sering resesi ekonomi,
mereka selalu lolos). Setelah ditanya apa kunci lolosnya, jawabannya: "overcoming
worry and fear with Religion and pray, with faith to God. We have God and His
word." Hilangkan kecemasan dan ketakutan dengan agama, banyak
berdoa, dan iman kepada Allah. Kita mempunyai Allah dan firmanNya.
5. Cara
berpikir mereka berbeda dalam segala segi dengan orang-orang kebanyakan,
contoh: kita kalau ke mall, mikir abisin duit, mereka malah survey mencari bisnis
apa yang paling laku di mall. They think differently from the crowd. Mereka
"man of production" bukan "man of consumption."
6. Ketika ditanya kunci suksesnya:
a. Punya
integritas = omongan dan janji bisa dipegang dan dipercaya.
b. Disiplin
= tidak mudah dipengaruhi, dalam segala hal, termasuk disiplin dalam hal
makanan, mereka orang yang tidak sembarangan konsumsi makanan. Tidak serakah.
c. Selalu
mengembangkan social skill = cara bergaul, belajar getting along with people,
belajar leadership, menjual ide, mereka orang yang meng-upgrade dirinya, tidak
malas belajar.
d. Punya
pasangan yg support, selalu mendukung dalam keadaan enak / tidak. Menurut
mereka, integrity dimulai di rumah, kalau seorang suami/istri tidak bisa
dipercaya di rumah, pasti tidak bias dipercaya diluar.
7. Pembagian
waktu/aktivitas, paling banyak untuk hal-hal berikut:
a. Mengajak
anak dan cucu sport/olahraga, alasannya, dengan olahraga bisa meningkatkan
fighting spirit yang penting untuk pertandingan rohani untuk menang sebagai
orang beriman, untuk bisa sportif (menerima kenyataan, tetapi dengan semangat
untuk memperbaiki dan menang).
b. Banyak
memikirkan tentang investment.
c. Banyak
waktu berdoa, mencari hadirat Allah, belajar Firman. Ini menjadi i-lifestyle mereka sejak muda.
d. Menghadiri
aktivitas-aktivitas keagamaan.
e. Bersosialisasi
dengan anak dan cucu, ngobrol.
8. Have
a strong religious faith, dan menurut mereka ini kunci sukses mereka.
9. Religious
millionaire. Mereka tidak pernah memaksakan suatu jumlah aset sama Tuhan, tapi
mereka belajar mendengarkan suara Tuhan, berapa jumlah aset yang Tuhan inginkan
buat mereka. Minta guidance untuk bisnis. Mereka bukan type menelan semua
tawaran bisnis yang disodorkan kepada mereka, tapi tanya Tuhan dulu untuk
mengambil keputusan.
10. Ketika
ditanya tentang siapa mentor mereka, jawabannya adalah Tuhan.
Salam Takzim,
Bagus H. Jihad
orang kaya adalah orang yg membutuhkan seikit dan dapat berbagi dengan orang lain dan semua itu membuatnya bahagia,,,
BalasHapus:)
Pernyataan Anda luar biasa. Orang kaya adalah mereka yang sudah kurang membutuhkan sesuatu (sedikit menurut Anda), dan lebih banyak berbagi...super sekali.
HapusSemakin sedikit kebutuhannya di dunia ini, semakin kayalah dia...
Semakin banyak berbagi, semakin kayalah dia...
Begitu kan Mas ???
saya lebih suka orang kaya, tidak sombong, tidak bohong, dan mau berbagi, okey :D
BalasHapusPengalaman selama ini gimana Mas Monk?
HapusSaya dulu punya kaya yang seperti Anda sebutkan itu...
Ralat: Saya dulu punya teman yang kaya seperti yang Anda sebutkan itu...
HapusGaya hidup orang kaya yang bahagia bertolak belakang dengan survei yang dilakukan secara sekuler ya? Terbukti dari gaya hidupnya orang-orang kaya yang diteliti hanya dari jumlah kekayaannya itu adalah orang-orang yang religius.
BalasHapusKOntradiktif kan Kang...
Hapustidak semua orang kaya, baik
Tidak semua orang baik, kaya
Tidak semua orang kaya, sopan
Tidak semua orang sopan, kaya
Jadi kesimpulanya bagaimana Kang???
kalo kata si mbah,ketika kita ingin bisa melakukan sesuatu maka kita harus belajar.misalnya,untuk bisa naik motor kita harus belajar naik motor,untuk bisa mengendarai mobil maka kita juga harus belajar menyetir mobil,begitu juga kalo kita ingin kaya maka kita harus belajar kaya,yaitu denga rajin bersedekah.
BalasHapusSi Mbah nongol.
HapusGitu ya Mbah? Kalo' jadi pejabat...juga harus belajar dulu, jangan langsung menjabat..
Jadi wakil rakyat, juga kudu belajar dulu... biar nggak kaget kayak wakil rakyat yang sekarang.
Kaget sambil bertanya..."Saya ini wakil atau bukan?" Walah mumet khan?
Intinya hasil penelitian yang pertama jangan dijadikan penghibur dalam kemiskinan dan hasil penelitian kedua harus dicontoh, bukan begitu om? :D
BalasHapusYups Ramy...
HapusPerlu juga dilakukan penelitian ini di Indonesia, bukankah ada pepatah "Lain lubuk lain ikan, Lain ldang lain belalng"? Saya (gak) yakin ini juga berlaku bagi orang-orang kaya di Indonesia (?)
Tentang penelitian yang kedua, sangat menginspirasi...
kaya atau miskin tidak bisa dijadikan alat pengukur kebahagiaan :D
BalasHapusnice post gan :D
Setuju sama pendapat Agan.
HapusTapi pertanyaannya, ukurannya menggunakan apa? hehehe...
bahagia rasanya bila orang kaya, dapat berbagi kepada sesama, tidak meyombongkan kekayaannya dan selauu bisa berinteraksi dengan semua orang, tidak membeda bedakann.. :D
BalasHapusintinya adalah kesadaran...
Hapussadar bahwa semua adalah titipan...
postingan yang sangat menarik :)
BalasHapussangat bermanfaat.. ^_^
keep posting yaa..
ingin barang bekas lebih bermanfaat ?
kunjungi website kami, dan mari kita beramal bersama.. :)
Terima kasih...
HapusSaya sdh kunjungi website Anda...
Infonya kurang lengkap, btw saya akan bergabung!
yang kaya makin kaya
BalasHapusyang miskin makin miskin
jadi inget lagu, tp lagunya sapa ni ye
Yups, setuju sekali...
HapusAsalkan diperoleh dengan jalan yg wajar sih oke ya MasBro...
Dan yg merasa kaya lebih berbagi dengan kita...
Thanks sdh berkunjung.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusOrang Kaya Lebih Suka Berbohong dan Curang dan Cenderung Tak Beretika
BalasHapusPenelitian diatas rasanya tidak cocok untuk Indonesia. itu penelitian di Amerika, contohnya banyak pengendara motor lebih sesukanya dijalanan dibandingkan dengan yang naik mobil di Indonesia. contoh paling sering diliat motor lewat jembatan penyebrangan atau trotoar yang biasa dipakai oleh orang untuk jalan kaki, dan membahayakan pejalan kaki, motor melawan arah karena tidak mau memutar balik, kendaraan umum yang mencari penumpang tanpa memikirkan pengguna jalan lain.
Orang kaya adalah yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan anugerah yang telah diberikan Allah SWT.
BalasHapusSabar saat diuji dengan musibah, dan ikhlas membelanjakan hartanya di jalan Allah. Itu Kaya Raya Sekali menurut saya :)