Sabtu, 02 Juli 2011

Kita Dan Paradoks Waktu

[Baguserek]Semakin panjang usia kita, semakin panjang pula catatan pengalaman hidup kita. Pepatah mengatakan “Banyak makan asam garam”. Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dan pengalamannya, maka pengalaman jadi kekayaan yang unik baginya. Usia membawanya pada kebajikan. Sedangkan bagi mereka yang acuh, pengalaman tak Iebih dan goresan di atas pasir pantai. Usia tak menjamin apa-apa selain ketuaan baginya. Mari kita renungkan beberapa realitas yang terjadi dan melingkari kehidupan kita!




Hari ini kita mendapatkan lebih banyak kenyamanan, tetapi kekurangan waktu!

Kita memiliki derajat lebih tinggi, tapi sering kurang akal!
Lebih berpengetahuan, tetapi kurang pertimbangan!

Kita memiliki lebih banyak ahli, tetapi lebih banyak masalah timbul!
Lebih banyak obat, tapi kurang kebugaran!

Kita menghabiskan waktu dengan sembrono, kurang senyum, mengemudi terlalu ngebut, terlalu cepat marah, bangun sering terlambat, terlalu cepat lelah,  sedikit membaca, menonton TV terlalu sering, dan sangat jarang berDOA!

Kita memiliki banyak barang/benda, tetapi kurang bernilai!
Terlalu banyak berbicara, kurang cinta dan terlalu sering berbohong!

Kita belajar bagaimana membuat sesuatu menjadi hidup, tetapi justru mengerdilkan arti kehidupan itu sendiri!

Kita memiliki bangunan2 tinggi, tapi lebih mudah emosi!
Jalan raya yang lebih luas, tapi sempit sudut pandang!

Kita menghamburkan uang lebih banyak, tapi memiliki lebih sedikit!
Kita membeli lebih banyak, tetapi menikmati lebih sedikit!

Kita sudah mampu jalan2 ke bulan dan kembali, tetapi memiliki masalah hanya untuk bertemu tetangga !

Kita telah menaklukkan luar angkasa, tetapi tidak dengan ruang batin!
Kita telah mampu membagi atom, tapi tidak mampu mengecilkan prasangka. 

Kita menulis lebih banyak, tapi kurang belajar!
Lebih banyak perencanaan, tetapi kurang pencapaian!

Kita mampu belajar dengan cepat, tetapi tidak untuk kata “menunggu” dan antri!
Kita memiliki pendapatan yang lebih tinggi, tapi dengan moral lebih rendah.

Kita menciptakan lebih banyak komputer untuk menampung informasi lebih besar, menghasilkan lebih banyak data, tapi kurang komunikasi !
Kuantitas berlebih, tapi kurang berkualitas!

Sekarang eranya makanan cepat saji, tetapi kita lebih lambat “mencerna!
Lebih banyak jenis makanan, tetapi banyak yang kurang gizi!

Orang bertambah tinggi tapi dengan karakter rendah !
Mendapatkan keuntungan yang besar tetapi memiliki  hubungan yang dangkal!

Lebih banyak waktu luang tapi kurang menyenangkan!
Mempunyai dua penghasilan, tapi perceraian lebih banyak!

Banyak bangunan rumah yang indah, tapi bobrok isinya !

Mengapa hal ini terjadi?
Meski kita sama-sama dinaungi oleh langit yang sama; meski kita sama sama diterangi oleh cahaya matahari yang sama: meski kita sama-sama digelapi oleh malam yang sama, namun kita tak pernah sama dalam menyikapi semua itu. Kita melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda. Kita melangkah di jalan setapak dengan bobot yang berbeda.

Kita mengisi ruang dan waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula. Maka. meski kita lahir di bumi yang satu. namun kita hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita mempunyai sudut pandang yang tak sama bagi setiap orang. Keunikan itu takkan banyak berarti bila tak menjadi kekayaan bagi kita. Dan, kekayaan itu tak banyak bermakna bila tak membuat diri kita semakin bijak bestari.

Hampir seluruh persoalan hidup bermula dari ketidakmauan kita menerima hidup ini apa adanya. Kita tak mampu berkompromi pada kenyataan. Kita tak sudi melepaskan kacamata paradigma dan melihat realitas secara sederhana. Kita lebih suka bermain-main dengan persepsi. Kita Iebih senang berlindung membenarkan pikiran diri sendiri. Padahal itu adalah bentuk lain dan belenggu sehari-hari.

Mari sejenak kita pejamkan mata. Menemukan kesejukan pikiran. Menggali ketentraman perasaan. Menyentuh jiwa yang tenang. Menekuri setiap tarikan nafas. Menyadari keberadaan kita di bumi ini. Meneguhkan kembali ikrar kita pada semesta yang agung; ikrar untuk mencurahkan yang terbaik bagi hidup ini.
Bukankah demikian?




15 komentar:

  1. tahanks Om... ^^

    saya merasa, semakin lama hidup semakin disibukan dengan kepentingan dunia saja.. T.T, berbeda saat jaman-jaman SMP dulu, saya yang berlomba2 dateng kemasjid dengan teman-teman, berlomba menghatamkan al-qur'an,,, tapi semakin lama waktu berjalan, justru semakin jauh untuk berbuat demikian... wahh...kacaau,,, gimana om, agar bisa menyeimbangkan... dan lebih memaknai hidup agar lebih bermakna..

    BalasHapus
  2. @Dede Rohali:
    Bila kita sudah menyadari kondisi kita demikian, maka butuh tekat untuk kembali bercengkerama dengan hati nurani kita. Untuk menyeimbangkannya tanyakan pada diri sendiri, renungi.

    Tengkiyu dan Salam Takzim.

    BalasHapus
  3. tentu hal itu disesuaikan dengan kualitas hidup manusia yang berbeda, namun realita menjadikan sesorang kadang lupa dimana ia berdiri langit dilupakan :P

    BalasHapus
  4. @BAGUSE-REK

    Om, saya kasih award nih spesial buat mimpi siang bolong ,, AMBIL ya.. :) http://dederohali.blogspot.com/2011/07/blogger-award_07.html

    BalasHapus
  5. physical emotional n spiritual di compare jadi satu. tuk kebahagiaan dunia dan akhirat. hehehehe
    sok tau banget aku. :)

    BalasHapus
  6. Waktu adalah yang sangat berharga. Bergunanya hidup jika kita bisa mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. :)

    BalasHapus
  7. @jayboana:
    Itulah manusia yang penuh dengan keluh kesah ketika tertimpa masalah, tetapi seketika akan lupa kepadaNya ketika kenikmatan menghampiri.

    Kita adalah mereka yang merugi. kecuali bila selalu ingat kepadaNya dan berbuat amal shalih.

    Wallahu a'lam bish showab
    Salam Takzim.

    BalasHapus
  8. @Dede Rohali:
    Terima kasih untuk Serba-serbi Kehidupan di http://dederohali.blogspot.com/ atas awardnya.

    Salam Takzim

    BalasHapus
  9. @kira:
    Pakainya doa SapuJagat: Semoga bahagia dunia dan akhirat.
    Thanks sdh mampir.

    BalasHapus
  10. @DAW-XP:
    Setuju Bro DenyAryaWiranata. Semoga kita termasuk yang dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

    Salam Takzim.

    BalasHapus
  11. Hari ini kita mendapatkan lebih banyak kenyamanan, tetapi kekurangan waktu! ... hehehe !!

    BalasHapus
  12. @Joko S. Lusno:
    Ya begitulah, saya sangat mengharapkan sehari bisa 24 jam.
    hehehe, thanks.

    BalasHapus
  13. Gak terasa komentarku diatas sudah berusia 2 tahun lebih ya ......

    BalasHapus

Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

Artikel Terkait