Sabtu, 28 Mei 2011

Mari Bertukar Baju !!!

[Baguse-rek]   
Anda pasti bertanya-tanya,”untuk apa?”
“Ada-ada saja!”
“Kurang kerjaan apa?!”
“Sabar! Ya, saya benar-benar mengajak anda bertukar baju.”
Nah, pertanyaan anda seharusnya,”bagaimana caranya?”
“Ambillah selembar kerta dan tulis jawaban untuk kasus pertanyaan berikut ini!”


 “Anda mempunyai seorang teman, boleh dikatakan dia adalah sahabat Anda.  Anda sudah mengenal dia lebih dari 10 tahun. 
Anda tahu dia tinggal di mana, tahu dia bekerja di mana, kenal dengan keluarganya, sering melakukan kegiatan bersama, misalnya, olahraga atau rekreasi dengan keluarga.
 Suatu hari dia mengalami kesulitan uang dan meminta bantuan Anda, dia meminjam dari Anda Rp 10 juta dan berjanji akan mengembalikan uang itu secepatnya. 
Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan, tiga bulan, enam bulan berlalu dan kelihatannya dia tenang-tenang saja, hidupnya biasa, serta belum ada tanda-tanda dia akan mengembalikan uang Anda.
 
“APA YANG AKAN ANDA LAKUKAN?”

Apakah jawaban anda seperti ini?
“Tegur dia!” 
“Tagih.” 
“Panggil debt collector.” (jadi ingat kasus city Bank)
“Jangan mau berteman lagi.” 
“Putus hubungan.” 
“Sebar luaskan berita di FB dan Twitter.” 
Dan masih banyak lagi jawaban yang sudah anda tuliskan, ada yang lebih lunak dan bahkan lebih sadis dari jawaban diatas. 
“Lihatlah kembali jawaban anda! Dan jawablah kasus pertanyaan berikut!”

“Bagaimana kalau orang yang berutang itu adalah Anda? 
Anda memang meminjam uang, dan uang itu Anda gunakan untuk membayar tagihan kartu kredit Anda. 
Anda tidak menyangkal bahwa Anda utang, tapi keuangan Anda belum memungkinkan Anda melunasinya. 
Jadi untuk sementara ini, Anda tunda dulu pembayarannya. 
Menurut Anda, sahabat Anda itu pasti tahu keadaan Anda, jadi tidak perlu Anda memberikan penjelasan apa pun.
 
“APA YANG ANDA HARAPKAN DARI SAHABAT ANDA TADI ?” 

“Pengertian, dia pasti sudah memaklumi keadaan saya.”
“Mau memberi kesempatan pada saya untuk mengumpulkan uang membayar utang saya.” 
“Memaafkan saya, keadaan saya kan benar-benar tertekan.“ 
“Melupakan utangnya, toh dia lebih kaya dari saya.” 

Masih ada beberapa jawaban yang senada. 

Sekarang pertanyaannya, “Samakah jawaban anda?”
“Selamat bila jawaban anda telah sama!”

“Bila tidak.” Mengapa sikap Anda berbeda ketika Anda sebagai pemberi utang dan ketika Anda sebagai penerima utang?  Sebagai pemberi utang Anda ingin menekan, menarik kembali utang.  Sedangkan sebagai penerima utang Anda ingin sahabat Anda memberi pengertian, kelonggaran, pemberian maaf, bahkan pemutihan utang.  Berarti Anda menggunakan ‘standar ganda’.  
“Lihatlah kembali jawaban anda!”

Dalam hidup kita sehari-hari, tanpa kita sadari kita sering melakukan hal yang sama, memakai standar ganda.  Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau dari waktu ke waktu kita mau introspeksi, apakah kita terlalu cepat menyalahkan orang lain, menyalahkan, menekan, dan tidak mau memaafkan.  Sesungguhnya, kalau kita mau memaafkan dan memberi kesempatan kepada orang lain, untuk memperbaiki diri, efeknya amat baik bagi diri kita sendiri.  Memaafkan berarti tidak mengingat-ingat lagi kesalahan orang lain, tidak menaruh dendam, bersedia menanggung kerugian yang kita tanggung sebagai konsekuensi dari keputusan kita, dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki diri.
 
“MARI BERTUKAR BAJU!!! POSISIKAN DIRI ANDA SEBAGAI DUA SISI MATA UANG!” Yang dari manapun anda melihatnya, nilai harganya adalah sama. Tidak perduli dari sudut mana anda melihatnya, nilainya akan tetap sama. Tidak lagi berstandar ganda.

Memaafkan tidak berarti melupakan pelajaran dari kesalahan kita.  Kalau kita pernah ditipu oleh seseorang, pada kesempatan berikutnya, kita harus berhati-hati terhadap orang tersebut.  Akan tetapi, kita tidak memusuhinya, tidak menjelek-jelekkannya, dan tidak menyebarluaskan kesalahannya kepada teman-teman kita.  Dalam contoh di atas, tentu kita mengusahakan sedapat mungkin memperoleh kembali uang yang dipinjam, tetapi tidak dengan memaksa, menekan, dan mengancam.  Terjadinya utang macet juga karena keputusan kita terlalu mempercayai teman kita.

Mendendam, menjelek-jelekkan orang, memusuhi semua tindakan itu hanya akan merugikan diri kita sendiri.  Kalau orang lain akan tahu bahwa kita suka menjelekkan orang, dia pasti akan menjauh dari kita sebab dia tahu bahwa di belakangnya kemungkinan kita akan menjelekkan dia.  Mendendam hanya akan membuat diri kita stres, kurang tidur, melewatkan kesempatan baik untuk bergembira dengan keluarga dan teman, menaikkan tekanan darah, dan dijauhi oleh teman.

Pikirkanlah dengan jernih dan “MARI BERTUKAR BAJU!”
“Bersediakah Anda ?”




Ide tulisan: “Memberi Kesempatan” maillist HR_Excellency


8 komentar:

  1. Jika uang nggk kembali ya kita menanykan kepada temen kita secara baik-baik...? dan kita meminjamkan uang diatas satu juta itu menggunakan materai. Makasih

    BalasHapus
  2. Jangan sampe persahabatan rusak hanya karena utang piutang, mending ngasih aja seikhlas2nya. keren boss artikelnya, like this :)

    BalasHapus
  3. Saya baru bisa sebatas memahami "Persahabatnnya" dari tulisan ini. Seorang sahabat akan tahu kapan ia harus memberi, meminjamkan dan menagih. Seorang sahabat juga akan tahu kapan ia harus mengembalikan dan berterimakasih. Seorang sahabat pasti akan bisa memahami dan pengertian.... :-)

    Meskipun pepatah sering bilang "uang tidak mengenal saudara". dalam persahabatan "sahabat tidak pernah perhitungan dan juga tidak pernah merugikan".

    Wallahualam... nice post Om... :-)

    BalasHapus
  4. @kamal Hayat:
    Alhamdulillah, anda sangat bijaksana. Senang berkenalan dengan anda, saya sdh siapkan meterainya, hehehe. Salam Takzim.

    BalasHapus
  5. @3Fortune Indonesia:
    Terihat anda cukup bijaksana dalam bertindak. seharusnya kita berlaku demikian, harus kita usahakan semampunya.
    Salam Takzim.

    BalasHapus
  6. @Rosid:
    Terima kasih atas sharing pendapat dari Om Rosid.net. Saya masih menunggu pendapat dan opini yang lain yang insya Allah bermanfaat untuk pembaca yang lain.
    Salam takzim.

    BalasHapus
  7. uang bisa dicari tapi persahabatan yang udah terjalin baik susah buat dicarinya,,jangan samp[ai sahabat dijadikan musuh hanya karna hal yang sepele,,,

    BalasHapus
  8. @klinik sehat alami:
    Pepatah mengatakan Tidak ada Kawan Abadi dan Tidak ada musuh Abadi, yang ada adalah Kepentingan Abadi.

    Mari tebarkan cinta dan persahabatan.
    Terima kasih sdh berkunjung.

    BalasHapus

Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

Artikel Terkait