Selasa, 13 Maret 2012

2 x 11 Penyakit Guru Dan Dosen


Persoalan Guru di Indonesia “sejak jaman Oemar Bakrie” tetap saja semrawut. Selain tingkat pendidikan yang tidak seragam, distribusi Guru juga timpang dan terjadi kesenjangan pendapatan. Belum lagi banyak institusi yang berwenang mengangkat Guru. Sehingga banyak status Guru. Ada Guru PNS (Kemendikbud, Kemenag dan PNS diperbantukan); Guru bantu; Guru honor daerah; Guru tidak tetap; Guru tetap Yayasan; Guru honorer di sekolah negeri. Sekarang ada Guru SM3T (Sarjana Mendidik di Daerah terdepan, Terluar dan Tertinggal).

Jumlah Guru yang mencapai 2.928.322 (baca: Dua Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Delapan Ribu Tiga Ratus Dua Puluh Dua), sebenarnya cukup memadai, tetapi sebarannya tidak merata dan cenderung ada di perkotaan. Belum lagi jika berbicara tentang mutu Guru itu sendiri. Bagaimana dengan Dosen?


Data yang dimiliki Litbang Depdiknas menunjukkan, dari 120.000 dosen tetap PTS dan PTN di Indonesia, masih ada 50,65 persen atau sekitar 60.000 di antaranya belum berpendidikan S2 atau baru S1.  Menurut data lain, jumlah seluruh dosen di PTN sebanyak 240.000 orang, 50% di antaranya belum memiliki kualifikasi pendidikan setara S2. Di antara jumlah tersebut, baru 15% dosen yang bergelar doktor. Jika dibandingkan dengan perguruan tinggi di Malaysia, Singapura dan Filipina yang jumlah doktornya sudah mencapai angka 60% lebih, maka tampak bahwa dosen di perguruan tinggi Indonesia masih jauh ketinggalan.

Padahal, Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan dosen perguruan tinggi minimal S2. Dalam UU itu disebutkan, para pendidik jenjang pendidikan dasar dan menengah persyaratannya adalah minimal bergelar S1. Sementara, untuk mendidik di jenjang pendidikan akademis S1, maka sekurang-kurangnya bergelar strata dua (S2), sedangkan bagi program pascasarjana adalah doktor (S3) dan profesor.

Guru dalam istilah Jawa merupakan kepanjangan dari “Digugu dan Ditiru”. Digugu berarti dipercaya dan diindahkan kata-katanya. Ditiru berarti dapat dijadikan teladan. Dengan demikian berarti teladan yang kata-katanya dapat dipercaya. Jaman telah berubah, tetapi meskipun demikian, seharusnya konotasi Guru tetap tidak berubah tergerus oleh jaman. Tetapi kenyataannya?

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru berdasarkan undang-undang guru dan dosen yang berlaku di Indonesia.

Sedangkan definisi Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Ingin tahu lebih lanjut baca http://untuk-guru.blogspot.com/2011/04/arti-kata-dosen.html).

2 x 11 Penyakit Guru Dan Dosen

Setelah membaca definisi guru dan dosen diatas, berarti tugas guru dan dosen sangatlah berat. Tetapi masih banyak guru dan dosen yang tidak menyadari perannya tersebut. Mereka mungkin mempunyai satu, dua atau beberapa penyakit seperti yang diutarakan oleh Ciptono. Saya tertarik mengomentari hal ini, setelah menyaksikan acara Kick Andy, 5 Februari 2011, dengan narasumber Pak Ciptono.

Pria asal Semarang, Jawa Tengah itu sungguh luar biasa. Ketika tampil di Kick Andy tiga tahun lalu, sekolah luar biasa yang ia rintis dari garasi rumahnya itu masih dalam tahap pembangunan.. Namun setelah tampil di Kick Andy, banyak terjadi perubahan. “Dampak setelah tampil di Kick Andy sungguh luar biasa. Banyak masyarakat yang mengapresiasi. Saya banyak mendapat sumbangan dari masyarakat”, kata Ciptono.

Kini sekolah luar biasa yang digagas Ciptono bisa menampung ratusan anak yang kurang sempurna. Selain itu, anak didiknya juga banyak yang mengalami kemajuan pesat pendidikan dan keterampilannya. Salah satunya adalah Kharisma.  Bocah penyandang autis yang pandai menyanyi, pandai menghafal pidato, kemampuan tarik suaranya juga baik. Ketika acara tersebut Kharisma didaulat untuk menyampaikan penyakit Guru. Maka Kharisma pun berdiri dan menyampaikan 11 penyakit guru, yaitu:
  1. TIPUS, “TIdak PUnya Selera” - -gejalanya: ketika bel tanda masuk telah berbunyi, dosen yang mempunyai gejala tipus sibuk mencari teman sejawat yang juga masuk kelas pada jam tersebut untuk diajak ngobrol terlebih dahulu.
  2. MUAL : MUtu Amat Lemah. Bahasa Inggris sebagai bahasa ilmu pengetahuan tidak bisa dielakkan. Dosen yang memiliki rasa MUAL biasanya antipati dengan hal-hal yang berbau bahasa Inggris.
  3. KUDIS : KUrang DISipilin, - gejalanya: kegiatan pembelajaran selesai sebelum lonceng keluar dibunyikan meskipun awal perkuliahan juga telat minimum 30 menit.
  4. ASMA: “ASal MAsuk” - gejalanya: Banyak yang beranggapan bahwa kalau dosen masuk kelas tidak membawa buku adalah dosen yang hebat, padahal setiap kegiatan pembelajaran mahasiswa selalu mengalami perubahan yang harus dicatat.
  5. TBC: “Tak Bisa Computer” - gejalanya: dapat dilihat dari kemampuan menjinakkan mouse di depan computer
  6. KUSTA: “KUrang STrAtegi” - gejalanya: banyak mahasiswa yang keluar-masuk saat dia mengajar adalah salah satu ciri penderita kusta.
  7. KRAM: “Kurang teRAMpil” - gejalanya: Alat-alat laboratorium yang ditumbuhi karat dan kelihatan tidak pernah dirawat.
  8. ASAM URAT: “Asal SAmpai Materi meski kUrang akuRAT” - gejalanya: materi yang nggak pernah di update.
  9. LESU: “LEmah SUmber” - gejalanya : alergi dengan jurnal ilmiah.
  10. GINJAL: “GajInya Nihil, Jarang Aktif dan Lambat.
  11. DIARE: “DIkelas mAhasiswa diREmehkan”


Tapi benarkah hanya 11 penyakit guru dan dosen yang ada? Bagaimana kalau guru dan dosen ada yang kena penyakit AIDS ? Kalau ada guru atau dosen terkena AIDS, wah berabe banget nih. AIDS : Angkuh, Iri, Dengki, Sombong. Angkuh atau sombong terhadap apa? Iri dan dengki kepada siapa? Selanjutnya, inilah diagnosis penyakit Guru dan Dosen lainnya.
  1.  BATUK (BAca nganTUK). Umumnya guru malas membaca, sekali-kali membaca, kantuk datang menggoda akhirnya membaca tak tahan lama. Karena jarang membaca ilmunya tidak bertambah, wawasannya tidak luas. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa tidak mengikuti perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jadilah guru yang jumud, kaku bahkan ortodok.
  2. DIABETES (DIhadapan Anak BEkerja Tidak sEriuS).
  3. GATAL (GAji Tambah Aktifitas Lesu). Gaji ingin terus bertambah, tapi melaksanakan tugas kewajiban tidak mau berubah. Mengikuti sertifikasi sangat ambisius padahal kurang memiliki kompetensi. Tujuan utamanya ingin berpenghasilan tinggi mendapat gaji tunjangan profesi.
  4. HIPERTENSI (HIlang PERhatian TErhadap Nasib SIswa). Prestasi siswa tidak diperhatikan, mau pintar atau bodoh masa bodo, tidak ada upaya pengayaan bagi siswa berprestasi dan tidak ada upaya perbaikan atau remedial kepada siswa yang masih kurang berprestasi.
  5. KANKER (KANtong KERing). Gaji satu bulan habis satu minggu, karena besar pasak daripada tiang, tinggi kemauan rendah kemampuan. Penghasilan tidak memenuhi kebutuhan, akibatnya hilanglah semangat melaksanakan tugas, malas masuk kelas, sering mangkir tidak hadir.
  6. KURAP (KUrang RAPih). Penampilan fisik (appearance) acak-acakan, persiapan administrasi KBM (Kegiatan Belajar-Mengajar) asal-asalan.
  7. LESU (LEmah SUmber). Buku sumber pelajaran hanya mengandalkan buku paket, tidak memiliki buku referensi yang variatif dan representatif sehingga wawasannya sempit
  8. LIV(P)ER (Lekas Ingin PERgi). Tidak betah berada di sekolah, tidak antusias masuk ke kelas bahkan sebaliknya ingin segera pulang untuk mencari penghasilan tambahan. Kadang-kadang usaha sampingan diutamakan, tugas utama mengajar dilupakan.
  9. PROSTAT (PROgram dan Strategi Tidak dicatAT). Ketika KBM tidak disertai Silabus dan RPP, tanpa dilengkapi program dan strategi mengajar yang ditulis sistematis.
  10. REMATIK (REndah Motivasi Anak TIdak SimpatiK). Tidak semangat ketika mengajar dihadapan anak didik, kinerja tidak menarik sehingga anak didik tidak simpatik bahkan sebaliknya antipati akhirnya melemahkan bahkan menghilangkan gairah belajar. Tampil mengajar tidak menyenangkan siswa.
  11. STRUK (Suka TeRlambat Untuk masuk Kelas)


(Sebelas penyakit guru dan Dosen yang kedua ini dapat Anda baca  di sini.


Anda seorang Guru? Dosen? Pelajar atau mahasiswa? Bagaimana sebaiknya yang dilakukan Guru dan Dosen untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia? Dan bagaimna tanggapan Anda dengan 2 x 11 penyakit Guru dan Dosen di atas? Apakah Anda punya obatnya? Bagaimana bila seorang Guru atau Dosen mengidap Komplikasi beberapa penyakit di atas?

Kategori Penyakit Guru Dan Dosen

Menjadi Guru atau Dosen yang profesional harus memerlukan kemauan, kemampuan dan ketrampilan yang tinggi dan mau mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang bagus (penyakit Guru/Dosen). Penyakit guru/Dosen ini adalah penghambat peningkatan mutu pendidikan kita dan sebagai Guru/Dosen yang profesional, karena itu Guru dan Dosen sebagai pendidik/pengajar harus mengalahkan ke 2 x 11 penyakit guru ini.

Setelah didiagnosis, ternyata penyakit Guru dan Dosen, yang 2 x 11 itu, dapat diklasifikasi hanya menjadi tiga jenis, yaitu kepribadian, metodologis dan teknis.
1.   Kategori personal (kepribadian),
2.   Kategori metodologis,
3.   Kategori aspek teknis keterampilan,

Setelah dikategorisasikan, maka semakin mengerucut hanya menjadi tiga saja. Bisakah anda membantu dengan:
  • Mengelompokan penyakit-penyakit di atas dalam tiga kategori tersebut?
  • Bagaimana mengobati penyakit-penyakit tersebut diatas?
  • Menyebutkan penyakit-penyakit lainnya yang mungkin masih ada!



Salam Takzim,
Bagus H. Jihad

2 komentar:

  1. lesu ada di 11 yang atas dan 11 yang bawah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Kang, bisa diperbsiki dengan LEmah SUara...
      banyak juga Guru atau Dosen yang suaranya mendayu-dayu sehingga susah untuk sampai bahkan dibangku baris ke dua atau tiga...

      Untuk yg model begini sebaiknya belajar vokal di Purwacaraka...

      Hapus

Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

Artikel Terkait