Senin, 05 Maret 2012

Kontradiksi Penelitian Tentang Orang Kaya


Apakah Anda orang kaya atau miskin? Bagaimana cara mengukur diri Anda, masuk kategori orang kaya atau miskin? Siapa orang kaya yang sebenarnya? Apakah orang kaya itu mereka yang gemar membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang mahal?

Seseorang yang sukses secara finansial biasanya memiliki pemikiran, omongan, sikap dan perbuatan yang serupa karakteristiknya. Hal-hal tersebutlah yang justru menjadikan seseorang menjadi kaya. Kekayaan yang mereka dapatkan tidak turun begitu saja dari langit. Namun, kekayaan tersebut merupakan buah dari apa yang sudah mereka perjuangkan selama ini. Mereka bisa menjadi kaya karena memiliki pikiran, kebiasaan, sikap dan perilaku yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak sukses secara finansial.

Tapi benarkah demikian? Berikut MSB sajikan tiga penelitian -yang mungkin saling kontradiktif satu dengan yang lain- tentang gaya hidup orang kaya.


Orang Kaya Lebih Suka Berbohong dan Curang dan Cenderung Tak Beretika

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang-orang kaya justru cenderung lebih gampang berbohong, menipu, bahkan melanggar hukum. Sebaliknya, anggota masyarakat dari kelas ‘lebih rendah’ yang berasal dari latar belakang kurang beruntung lebih sering menampilkan sikap-sikap terhormat. Temuan ini dapat memberi gambaran ilmiah tentang bagaimana orang-orang kaya memiliki perilaku kurang ajar dan suka ribut. Wow! Demikian dilaporkan The Telegraph (27 Februari 2012, www.telegraph.co.uk)

“Temuan ini dapat membantu untuk menjelaskan asal usul krisis perbankan –dengan kepercayaan diri yang tinggi- bankir kaya lebih cenderung melakukan tindakan-tindakan sembrono dalam pekerjaannya“, menurut Paul Piff, psikolog dari University of California di Berkeley, Amerika Serikat.

Dalam penelitian yang dipimpinnya, Piff meminta beberapa kelompok orang dengan latar belakang sosial yang berbeda untuk melakukan serangkaian tugas yang dirancang spesifik. "Tugas-tugas ini bertujuan mengidentifikasi sifat-sifat tertentu dari para responden, seperti kejujuran dan kepedulian kepada orang lain. 

Setiap orang dalam kelompok diminta menjawab serangkaian pertanyaan tentang kekayaan mereka, pendidikan, latar belakang sosial, keyakinan atau agama, dan bagaimana mereka mengelola uang untuk menempatkan mereka ke dalam kelas sosial yang berbeda.

Para responden juga diminta untuk berpura-pura menjadi pengusaha dan melakukan wawancara kerja. Tugas ini diberikan untuk menguji apakah mereka akan berbohong atau menghindari fakta tertentu saat melakukan negosiasi gaji. Sebelumnya para responden diberi tahu bahwa tugas pekerjaannya akan semakin berlebih untuk enam bulan ke depan, tapi harus disembunyikan dari calon karyawan.

Tak hanya itu, para responden juga harus mengikuti sebuah permainan online menggunakan dadu. Dalam permainan itu, mereka diminta melaporkan skor mereka sendiri tanpa ada yang memeriksa atau mengawasi, sehingga mereka bebas jika ingin berbohong demi memperoleh skor tinggi atau hadiah uang tunai.

Sebagian responden dari kelompok lain diberi serangkaian skenario rekayasa. Mereka harus melakukan perbuatan tidak etis di tempat kerja untuk menguntungkan diri sendiri. Lalu mereka diminta untuk mempertanyakan dan menilai seberapa besar kemungkinan mereka untuk melakukan hal serupa.

Selain penelitian ini, para peneliti juga turun "ke lapangan" untuk melakukan serangkaian pengamatan di persimpangan lalu lintas di San Francisco. Status sosial para pengendara dinilai berdasarkan kendaraan apa yang mereka tumpangi berikut tampilan fisik, seperti usia. Dari perilaku mengendara, para peneliti dapat mengetahui kecenderungan untuk mengebut dan memotong jalur pengendara lain dan kemungkinan mereka berhenti untuk memberi kesempatan pejalan kaki melintas.

Secara keseluruhan, penelitian yang diterbitkan dalam “Prosiding National Academy of Sciences” ini menyimpulkan bahwa orang-orang dari latar belakang yang lebih kaya atau berkuasa cenderung memunculkan sifat rakus, berbohong dalam negosiasi, dan lebih mungkin menipu. Temuan ini, menurut Piff, cukup mengejutkan karena orang-orang kelas "bawah" hidup dalam lingkungan serba terbatas serta ancaman dan ketidakpastian yang lebih besar. "Jadi cukup beralasan jika individu kelas ‘bawah’ lebih termotivasi untuk berperilaku tidak etis demi meningkatkan kesejahteraan atau mengatasi kelemahan mereka," ujarnya.

Piff mengatakan temuan ini memperlihatkan kebenaran yang menyebutkan bahwa ketamakan adalah akar semua perilaku tidak etis. "Penelitian sejarah juga membenarkan gagasan ini. Misalnya, krisis ekonomi telah dikaitkan dengan tindakan tidak etis dari orang-orang kaya," katanya. Termasuk krisis ekonomi Indonesia ???

Hasil penelitian lainnya menemukan bahwa orang kaya cenderung berperilaku tidak etis. Dalam penelitian ini, para peneliti dari University of California, memposisikan diri sebagai pengamat di persimpangan jalan di San Francisco. Mereka mengamati para sopir yang bersabar di lampu merah menunggu giliran dan bagaimana sikap mereka kepada pejalan kaki. Merek mobil dijadikan salah satu indikasi status sosial ekonomi pemakainya. 

Jika Anda pernah berpikir orang yang mengendarai Mercy model terakhir lebih brengsek dari yang di belakang kemudi Honda butut, Anda benar. Bahkan setelah mengendalikan faktor seperti kepadatan lalu lintas dan jenis kelamin pengemudi serta usia (pria yang lebih muda cenderung untuk mengemudi lebih cepat dan sering kasar), si mobil mahal cenderung lebih arogan di jalan.

"Para pengemudi kendaraan mahal empat kali lebih mungkin untuk memotong kendaraan lain yang statusnya lebih rendah," kata Piff.  Pengemudi mobil mewah juga tiga kali lebih mungkin mengancam keselamatan pejalan kaki, yaitu dengan mengambil hak jalan di sebuah penyeberangan. 

Dalam lima penelitian lebih lanjut di dalam ruangan, peserta melaporkan status sosial ekonomi mereka kemudian membaca deskripsi orang yang mencuri atau mendapatkan manfaat dari hal-hal yang sebenarnya bukan hak mereka. Ketika ditanya seberapa besar kemungkinan mereka terlibat dalam perilaku yang sama, peserta terkaya dari 105 mahasiswa lebih mungkin mengakui mereka akan berbuat demikian, dibandingkan dengan mereka dari latar belakang kelas menengah atau kelas bawah. 

Pada percobaan berikutnya, peneliti meminta 129 siswa untuk membandingkan diri dengan mereka yang jauh lebih kaya atau jauh lebih miskin dari mereka. Studi sebelumnya menemukan manipulasi ini mempengaruhi persepsi masyarakat kelas atas dan perilaku mereka sendiri.

Para peserta kemudian ditawari permen dan mereka diberi tahu seharusnya permen itu dapat diberikan kepada anak di laboratorium lain. Mereka yang merasa kaya mengambil permen lebih banyak dari mereka yang merasa kurang beruntung. 

Dua penelitian lain yang juga dilakukan, membuktikan mereka yang kaya cenderung curang dan pelit. 

Namun tak selamanya orang kaya pelit. Penelitian Piff yang lain menunjukkan orang kaya lebih mudah berperilaku murah hati, namun setelah mereka menonton tayangan tentang kemiskinan. "Kami tidak berpendapat bahwa orang kaya itu jahat sekali, tapi bahwa fitur psikologis kekayaan memiliki efek alami," katanya. 


Gaya Hidup Orang Kaya Yang Bahagia

Ada sebuah lembaga penelitian sekuler di USA yg meneliti tentang orang-orang bahagia. Karena ini lembaga sekuler, ukuran bahagia pertama adalah banyaknya uang, maka lembaga tersebut mensurvey orang-orang kaya (milyuner) dengan sample awal sebanyak lebih dari 200 ribu orang milyuner. Dari 200 ribu itu disaring kadar bahagia-nya berdasarkan berbagai parameter termasuk keluarga tersebut.

Hasil saringan terakhir ada sekitar 200 orang yang dianggap sangat bahagia, karena selain kaya, bisnisnya luar biasa, menikmati hidup, keluarganya beres. Hasil survey tersebut ditulis dalam buku karangan Thomas Stanley berjudul "The Millionaire Mind."

Orang-orang kaya tersebut rata-rata sudah berumur, mereka adalah orang kaya dalam 1 generasi, artinya bukan kaya warisan, tapi kaya dengan modal zero, alias kerja sendiri. Kemudian orang-orang ini diwawancara satu persatu secara detail, dan di-summary-kan gaya hidup orang-orang tersebut. 

Berikut 10 gaya hidup:



1.   Orang-orang tersebut frugal = hemat
artinya: mereka penuh pertimbangan dalam memanfaatkan uang mereka. Untuk beli sesuatu, pikir-pikir dulu sekitar 20 kali, tipe orang yang selalu bertanya kepada Tuhan tentang segala sesuatu pengeluaran. Mereka tidak diperbudak mode, meskipun tidak  kuno, tapi modis. Mereka tahu di mana beli barang bagus tapi murah.
2.   Orang-orang tersebut selalu hidup di bawah pendapatan mereka, tidak hidup gali lobang tutup lobang alias anti utang.
3.   Sangat loyal terhadap pasangan - tidak cerai dan setia!
4.   Selalu lolos dari prahara baik dalam keluarga/bisnis (di USA sering resesi ekonomi, mereka selalu lolos). Setelah ditanya apa kunci lolosnya, jawabannya: "overcoming worry and fear with Religion and pray, with faith to God. We have God and His word." Hilangkan kecemasan dan ketakutan dengan agama, banyak berdoa, dan iman kepada Allah. Kita mempunyai Allah dan firmanNya.
5.   Cara berpikir mereka berbeda dalam segala segi dengan orang-orang kebanyakan, contoh: kita kalau ke mall, mikir abisin duit, mereka malah survey mencari bisnis apa yang paling laku di mall. They think differently from the crowd. Mereka "man of production" bukan "man of  consumption."
6.    Ketika ditanya kunci suksesnya:
a.    Punya integritas = omongan dan janji bisa dipegang dan dipercaya.
b.    Disiplin = tidak mudah dipengaruhi, dalam segala hal, termasuk disiplin dalam hal makanan, mereka orang yang tidak sembarangan konsumsi makanan. Tidak serakah.
c.    Selalu mengembangkan social skill = cara bergaul, belajar getting along with people, belajar leadership, menjual ide, mereka orang yang meng-upgrade dirinya, tidak malas belajar.
d.   Punya pasangan yg support, selalu mendukung dalam keadaan enak / tidak. Menurut mereka, integrity dimulai di rumah, kalau seorang suami/istri tidak bisa dipercaya di rumah, pasti tidak bias dipercaya diluar.
7.    Pembagian waktu/aktivitas, paling banyak untuk hal-hal berikut:
a. Mengajak anak dan cucu sport/olahraga, alasannya, dengan olahraga bisa meningkatkan fighting spirit yang penting untuk pertandingan rohani untuk menang sebagai orang beriman, untuk bisa sportif (menerima kenyataan, tetapi dengan semangat untuk memperbaiki dan menang).
b.    Banyak memikirkan tentang investment.
c.    Banyak waktu berdoa, mencari hadirat Allah, belajar Firman. Ini menjadi  i-lifestyle mereka sejak muda.
d.   Menghadiri aktivitas-aktivitas keagamaan.
e.    Bersosialisasi dengan anak dan cucu, ngobrol.
f.    Entertaining with friends, maksudnya bergaul, membina hubungan.
8.   Have a strong religious faith, dan menurut mereka ini kunci sukses mereka.
9.   Religious millionaire. Mereka tidak pernah memaksakan suatu jumlah aset sama Tuhan, tapi mereka belajar mendengarkan suara Tuhan, berapa jumlah aset yang Tuhan inginkan buat mereka. Minta guidance untuk bisnis. Mereka bukan type menelan semua tawaran bisnis yang disodorkan kepada mereka, tapi tanya Tuhan dulu untuk mengambil keputusan.
10. Ketika ditanya tentang siapa mentor mereka, jawabannya adalah Tuhan.

    Setelah membaca beberapa hasil penelitian tersebut di atas, pastilah timbul pertanyaan dalam diri Anda, begitupun saya. Kontradiktif! Manakah yang lebih benar? Bagaimanakah pendapat Anda?



    Salam Takzim,
    Bagus H. Jihad




    23 komentar:

    1. orang kaya adalah orang yg membutuhkan seikit dan dapat berbagi dengan orang lain dan semua itu membuatnya bahagia,,,
      :)

      BalasHapus
      Balasan
      1. Pernyataan Anda luar biasa. Orang kaya adalah mereka yang sudah kurang membutuhkan sesuatu (sedikit menurut Anda), dan lebih banyak berbagi...super sekali.

        Semakin sedikit kebutuhannya di dunia ini, semakin kayalah dia...
        Semakin banyak berbagi, semakin kayalah dia...
        Begitu kan Mas ???

        Hapus
    2. saya lebih suka orang kaya, tidak sombong, tidak bohong, dan mau berbagi, okey :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. Pengalaman selama ini gimana Mas Monk?

        Saya dulu punya kaya yang seperti Anda sebutkan itu...

        Hapus
      2. Ralat: Saya dulu punya teman yang kaya seperti yang Anda sebutkan itu...

        Hapus
    3. Gaya hidup orang kaya yang bahagia bertolak belakang dengan survei yang dilakukan secara sekuler ya? Terbukti dari gaya hidupnya orang-orang kaya yang diteliti hanya dari jumlah kekayaannya itu adalah orang-orang yang religius.

      BalasHapus
      Balasan
      1. KOntradiktif kan Kang...
        tidak semua orang kaya, baik
        Tidak semua orang baik, kaya

        Tidak semua orang kaya, sopan
        Tidak semua orang sopan, kaya

        Jadi kesimpulanya bagaimana Kang???

        Hapus
    4. kalo kata si mbah,ketika kita ingin bisa melakukan sesuatu maka kita harus belajar.misalnya,untuk bisa naik motor kita harus belajar naik motor,untuk bisa mengendarai mobil maka kita juga harus belajar menyetir mobil,begitu juga kalo kita ingin kaya maka kita harus belajar kaya,yaitu denga rajin bersedekah.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Si Mbah nongol.
        Gitu ya Mbah? Kalo' jadi pejabat...juga harus belajar dulu, jangan langsung menjabat..

        Jadi wakil rakyat, juga kudu belajar dulu... biar nggak kaget kayak wakil rakyat yang sekarang.
        Kaget sambil bertanya..."Saya ini wakil atau bukan?" Walah mumet khan?

        Hapus
    5. Intinya hasil penelitian yang pertama jangan dijadikan penghibur dalam kemiskinan dan hasil penelitian kedua harus dicontoh, bukan begitu om? :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. Yups Ramy...

        Perlu juga dilakukan penelitian ini di Indonesia, bukankah ada pepatah "Lain lubuk lain ikan, Lain ldang lain belalng"? Saya (gak) yakin ini juga berlaku bagi orang-orang kaya di Indonesia (?)

        Tentang penelitian yang kedua, sangat menginspirasi...

        Hapus
    6. kaya atau miskin tidak bisa dijadikan alat pengukur kebahagiaan :D
      nice post gan :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. Setuju sama pendapat Agan.
        Tapi pertanyaannya, ukurannya menggunakan apa? hehehe...

        Hapus
    7. bahagia rasanya bila orang kaya, dapat berbagi kepada sesama, tidak meyombongkan kekayaannya dan selauu bisa berinteraksi dengan semua orang, tidak membeda bedakann.. :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. intinya adalah kesadaran...
        sadar bahwa semua adalah titipan...

        Hapus
    8. postingan yang sangat menarik :)
      sangat bermanfaat.. ^_^
      keep posting yaa..

      ingin barang bekas lebih bermanfaat ?
      kunjungi website kami, dan mari kita beramal bersama.. :)

      BalasHapus
      Balasan
      1. Terima kasih...
        Saya sdh kunjungi website Anda...
        Infonya kurang lengkap, btw saya akan bergabung!

        Hapus
    9. yang kaya makin kaya
      yang miskin makin miskin
      jadi inget lagu, tp lagunya sapa ni ye

      BalasHapus
      Balasan
      1. Yups, setuju sekali...
        Asalkan diperoleh dengan jalan yg wajar sih oke ya MasBro...
        Dan yg merasa kaya lebih berbagi dengan kita...


        Thanks sdh berkunjung.

        Hapus
    10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      BalasHapus
    11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      BalasHapus
    12. Orang Kaya Lebih Suka Berbohong dan Curang dan Cenderung Tak Beretika

      Penelitian diatas rasanya tidak cocok untuk Indonesia. itu penelitian di Amerika, contohnya banyak pengendara motor lebih sesukanya dijalanan dibandingkan dengan yang naik mobil di Indonesia. contoh paling sering diliat motor lewat jembatan penyebrangan atau trotoar yang biasa dipakai oleh orang untuk jalan kaki, dan membahayakan pejalan kaki, motor melawan arah karena tidak mau memutar balik, kendaraan umum yang mencari penumpang tanpa memikirkan pengguna jalan lain.

      BalasHapus
    13. Orang kaya adalah yang senantiasa bersyukur atas nikmat dan anugerah yang telah diberikan Allah SWT.
      Sabar saat diuji dengan musibah, dan ikhlas membelanjakan hartanya di jalan Allah. Itu Kaya Raya Sekali menurut saya :)

      BalasHapus

    Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

    Artikel Terkait