Minggu, 13 Februari 2011

Jangan Pake' Daster !!!

http://baguse-rek.blogspot.com/

Biasanya aku pasti sangat males kalo’ ikutan ke pasar tradisional. Tapi minggu pagi ini, setelah sekian tahun barulah kuinjakkan kakiku masuk ke dalam pasar tradisional nemenin istri. Pasar ini sekarang sudah tumbuh pesat, karena berada tepat ditengah-tengah perumahan, diapit oleh 4 perumahan yang berbeda. Pasar ini (pertama kali aku disini tahun 1994), hanya terdiri dari beberapa kios yang tutup setelah waktu dhuhur tiba. Tapi kini menjelma menjadi pasar yang buka sampai larut malam. Tetapi bukan hal ini yang akan menjadi topik kita ini.


Pasar, sejatinya adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Tapi sekarang juga bisa menjadi tempat bertemunya para PRT dengan kekasih hatinya, kebanyakan para pedagang itu juga, menjadi tempat bertemunya para ibu2 dengan tetangganya se-RW atau atau bahkan cuma se-RT, malah boleh jadi tetangga satu tembok diperumahan juga ketemunya di pasar ini. Walah bagaimana bisa tetangga setembok rumah ketemu seminggu sekali, malah di pasar, alamak! Tapi inilah realitas, nyata...bukan kebohongan seperti yang diutarakan oleh para pemuka agama, yang menyebabkan “lingkar utama” Pemerintah SBY blingsatan mencari pembenaran.

Ya udahlah. Tapi yang lebih gawat lagi, pasar ini juga jadi tempat rekreasinya para setan, iblis dan para ma***g. Lha iya toh!, perhatikan timbangan para penjual, mulai dari penjual daging, ikan, buah sampai penjual sayur. Lihat anak timbangannya (bandulnya itu lho!), setiap selesai nimbang, apa bandulnya diturunkan? Tidak, pasti tidak. Takut ketahuan kalo’ timbangannya njomplang ke arah bak timbangan. Kalo’ mau nimbang lagi dengan ukuran yang berbeda, barang yang akan ditimbang diletakkan dulu di bak timbangan, baru kemudian bandulnyad diganti. Inilah setan, tugasnya nggandulin timbangan, supaya ada selisih berat.

Lantas tugasnya iblis apalagi? Kalo’ anda percaya bahwa iblis itu komandannya setan, ya tentu saja tugasnya memonitor lapangan agar semua setan bekerja ngganduli timbangan. Jangan sampai ada yang terlewat, dari timbangan lawas (jadul) sampai timbangan modern. Lha namanya komandan pasti tahu strategi, mungkin malah mikir bagaimana strategi baru yang harus dijalankan, agar permainan terlihat lebih halus.

Para ma***g ngapain? Dipasar itu ada yang kehilangan dompet, bahkan kehilangan sepeda atau sepeda motor, siapa pelakunya? Para ma***g! Eitt, ngomongnya kok malah kebablasan kemana-mana. Padahal sebenarnya aku itu cuma mau nyeritain kejadian beikut ini.

Daster

Di kalangan wanita, terutama ibu-ibu rumah tangga, daster merupakan pakaian tidur berukuran agak longgar yang paling digemari. Ukuran daster memang sengaja dibuat longgar agar memberi efek nyaman saat tidur. Bahan daster pun biasanya dibuat dari kain tipis, sejenis batik, agar terasa nyaman dan dingin saat dipakai.

Model daster bermacam-macam. Misalnya, model terusan panjang, model terusan selutut, model atasan dan bawahan celana, dan terusan selutut tanpa lengan. Mayoritas ibu-ibu mengenakan daster model terusan panjang maupun pendek agar lebih simpel pemakaiannya. Namun, ada pula ibu-ibu yang mengenakan model atasan bawahan.

Sejatinya, daster memang sengaja dibuat sebagai pakaian tidur. Sebagai pakaian tidur, berarti daster hanya boleh digunakan malam hari ketika tidur. Namun, bahannya yang dingin dan ukurannya yang longgar membuat ibu-ibu betah berlama-lama mengenakan daster. Daster pun seolah beralih fungsi sebagai pakaian khusus segala aktivitas kerumahan.

Ibu-ibu rumah tangga, terutama yang tidak bekerja kantoran atau kerja di luar rumah, mengenakan daster untuk melakukan berbagai aktivitas di rumah. Misalnya, memasak, mencuci, menyiram tanaman, mengepel, dan aktivitas rumah lain. Intinya, ibu-ibu tidak akan melepas pakaian “kebesarannya” selama masih menginjak lantai rumah.

Daster ke Pasar

Wajar toh kalo ke pasar itu apa adanya, sekedarnya. Setelah bangun tidur, cuci muka, gosok gigi, (sholat subuh, bagi yang sholat) dengan pakian tudurnya (baca: daster) langsung ngacir ke pasar. Di pasar kita jumpai banyak yang seperti ini,  walaupun ada juga yang sudah mandi dan dandan, tapi aku yakin lebih banyak yang belum mandi. Demikian juga yang baru pulang olahraga terus belanja, paling tidak beli sarapan.

Tentang daster, pasti tahulah kalo’ daster itu ada yang kainya tebel juga ada yang tipis. Banyak yang milih berbahan tipis, supaya tidak gerah dipakainya, dan tidur dengan nyaman…bahkan supaya kelihatan sexy di mata para suami. Nah, kadang mereka lupa bahwa kondisi seperti ini, hanya cocok dilakukan di rumah aja, dilihat oleh orang-orang terdekat saja. Masih pake’ daster terus melenggang di pasar.

Dipasar, mereka yang pake’ daster jadi bisikan dan tontonan ma***g paling tidak ma***g mata, yang terus digosok oleh setan dan iblis. Bagaimana mereka dengan daster tipis yang menantang, mungkin tanpe daleman (maaf, mungkin lupa!) sehingga kelihatan bayangan CD-nya, apalgi bila harus membungkuk, lenggak-lenggok di pasar tradisional. Bagi para ma***g, mungkin ini termasuk salah satu rejeki. Belum lagi kalo’ dasternya berlengan pendek, maka lubang tangan akan dibuat besar (khan supaya  nyaman!), nah, ketika tangan ingin meraih sesuatu, maka akan terlihatlah BRA di dalamnya. Nah, karena manusia itu sifatnya suka lupa dan nggampangin, apa jadinya kalo’ sampai NoBra!!! Bisa gaswat.

Maka dari itu, ikut2an slogan “Jangan Bugil Di Depan kamera!” maka sejak hari ini saya proklamirkan, “Jangan Pake’ Daster (ke Pasar)!”.

Bagaimana bila kebablasan seperti yang ditulis oleh Mbak Anne Ahira di blognya, http://www.anneahira.com/pakaian-tidur.htm:
Daster ternyata tidak selamanya membuat nyaman, terutama bagi yang melihat. Bagi si pemakai, ibu-ibu, daster merupakan kenyamanan luar biasa. Akan tetapi, tidaklah berlaku demikian di mata orang yang melihat, dalam hal ini suami. Banyak suami yang sering protes karena melihat istrinya hanya mengenakan daster.
Alasannya, suami telah lelah seharian bekerja dan ketika pulang ke rumah ingin disambut oleh istri yang berdandan cantik serta berpakaian bagus. Namun, keinginan tinggallah keinginan. Ibu-ibu lebih senang memakai daster seharian dan semalaman. Hal ini membuat suami mulai bosan melihat istrinya berpenampilan semrawut dan tidak terawat.
Bosan melihat istri yang berpenampilan kumal, suami tak kalah aksi. Keinginannya tidak digubris sang istri sehingga ia memutuskan untuk melirik wanita lain yang tidak berdaster. Entah ini sebuah keegoisan, pemberontakan, atau memang watak seorang lelaki. Yang pasti, banyak lelaki berselingkuh gara-gara istrinya berdaster.
Oleh sebab itu, pergunakanlah pakaian tidur ini di tempatnya. Mulai saat ini, ibu-ibu harus juga memperhatikan keinginan suami. Pakailah daster hanya saat tidur. Memasak dan bersih-bersih boleh lah. Namun, setelah semua pekerjaan rumah selesai, gantilah daster dengan pakaian yang bagus dan berdandanlah secantik mungkin.

1 komentar:

  1. Jadi cengar-cengir sendiri baca tulisannya pak..pada dasarnya saya setuju, tapi tetap saja sebagai penggemar daster, daster is the best namun disesuaikan dengan kondisi, waktu dan tempat. Terimakasih ulasannya :)

    BalasHapus

Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

Artikel Terkait