Senin, 16 Januari 2012

3 Falsafah Dari Jemari Tangan

Thumb Up
Cerita falsafah tentang jari tangan ini saya peroleh, ketika ditugaskan utuk mengikuti sebuah Diiklat Kepemimpinan pada tahun 2009 yang lalu. Sekarang, coba Anda perhatikan jamari tangan Anda dan berhitunglah mulai dari 60 hingga 1. Mulai! 60, 59, 58, 57, 56, 55, 54….., 1.  Apa yang terjadi? Apa yang Anda rasakan?

Pembaca MSB yang budiman, karena Diklat tersebut diadakannya hampir 3 tahun yang lalu, sudah barang tentu, saya sedikit agak lupa. Cerita tentang jemari ini, kalau tidak salah ingat, diberikan oleh seorang Widyaiswara dari Kejaksaan Agung, yang kebetulan seorang wanita. Mumpung belum lupa lagi, saya langsung saja dengan cerita tentang falsafah jari ini.


Falsafah #1

Sebagaimana sudah diketahui, jari tangan terdiri atas lima buah, dengan nama Jempol, Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis dan Kelingking. Sekarang Anda perhatikan dulu dari segi penamaannya, kenapa dua jari (tengah dan manis), masih menggunakan embel-embel jari? Sedangkan tiga yang lain, tidak melekat?

Perhatikanlah, disana ada si gendut Jempol yang selalu berkata baik dan menyanjung.  Ada Telunjuk yang suka menunjuk dan memerintah.  Ada si  jangkung Jari Tengah yang nampak sombong karena paling panjang. Ada Jari Manis yang selalu menjadi teladan, baik, dan sabar sehingga sering diberi hadiah. Dan ada kelingking yang lemah dan penurut.

Tetapi, rasakanlah…dengan perbedaan positif dan negatif yang dimiliki masing-masing jari, mereka bersatu untuk mencapai 1 tujuan (saling melengkapi). Pernahkah Anda bayangkan bila tangan hanya terdiri dari jempol semua?

Falsafah ini sederhana namun sangat berarti. Kita terlahir dengan segala perbedaan yang kita miliki dengan tujuan untuk bersatu. Saling mengasihi, Saling menolong, Saling membantu, Saling mengisi dan Saling menghargai. Bukan untuk: Saling menuduh, Saling menyalahkan, Saling merusak ...Semua perbedaan di atas, agar kita rendah hati.

Falsafah #2

Pada falsafah yang kedua ini, bayangkankan bila Anda sedang berdoa menghadap Sang Maha Pemberi, menyanjungnya dan meminta. Peragakan sambil mengangkat kedua tangan, dan kedua telapak tangan terbuka. Inilah kenyataan yang Anda temui.

Jempol, jari ini adalah yang paling dekat dengan Anda, baik yang kiri maupun yang kanan. Jadi, mulailah berdoa bagi orang-orang yang sangat dekat dengan kehidupan Anda. Orang-orang yang sangat berjasa Kepada Anda. Sebutkan nama-nama mereka yang Anda kenal dengan baik. Anda bisa memulainya dengan mendoakan kedua orang tua, Kakak, adik dan handai taulan Anda lainnya. Katakanlah yang baik tentang mereka dengan sanjungan.

Telunjuk. Jari kedua yang terdekat dengan Anda  adalah si telunjuk. Karena telunjuk adalah menunjukkan dan mengarahkan. Maka, doakan bagi mereka yang mengajar. Ini termasuk ulama, cerdik pandai, guru, dokter, dan para pendidik lainnya. Mereka butuh dukungan, agar dapat menunjukkan arah yang tepat bagi mereka yang membutuhkan.

Jari Tengah. Ini jari yang paling tinggi, berarti Anda harus ingat pada para pemimpin bangsa. Doakan presiden hingga para pejabat dibawahnya. Doakan para pemimpin organisasi sosial maupun bisnis. Doakan mereka dikaruniakan kesehatan dan kejernihan pikiran, agar benar-benar memperjuangkan kepentingan masyarakat luas diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Jari Manis. Jari keempat adalah jari yang paling lemah. Nah, guru piano pun biasanya cukup kebingungan ketika berhadapan dengan si jari yang lemah ini. Oleh sebab itu, mari kita doakan bagi saudara-saudara kita yang lemah, kena musibah, dan lain-lain. Kita doakan bagi mereka yang dianggap sebagai sampah masyarakat. Mereka sangat membutuhkan doa-doa Anda, baik siang maupun malam. Tapi, bukan cuma doa, lho! Sisihkan juga sebagian hak mereka di dalam harta kita.

Kelingking. Jari terakhir ini adalah yang paling kecil diantara jari-jari manusia. Inilah jari yang menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati saat berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Jadi, jangan lupakan berdoa bagi diri sendiri. (sumber: disini)

Falsafah #3

JEMPOL, adalah perlambang penguasa. Jempol adalah jari yang mengumpulkan semua keunggulan empat jari yang lain, dan mengontrolnya untuk dapat melakukan sesuatu, mensinergikan semua kekuatan empat jari yang lain, dan meledakkannya pada momentum yang tepat. Bukalah telapak tangan Anda, dan bawalah jempol anda menyentuh keempat jari lainnya. Itulah seharusnya penguasa, menemui keempat unsur yang lainnya.

TELUNJUK, adalah perlambang orang kaya/pengusaha, itulah kenapa kita terbiasa menunjuk-nunjuk sesuatu, atau memerintahkan seseorang melakukan sesuatu dengan telunjuk, persis seperti orang kaya yang kelakuannya mau apa-apa tinggal tunjuk. Perhatikan posisi Telunjuk, dia diapit oleh dua jari, Jempol dan Jari Tengah. Maka, pantaslah bila Pengusaha/orang kaya dekat dengan penguasa. (Apakah dengan kedekatan itu, mereka selalu Kong Kali Kong?) Untunglah ada Jari Tengah!

JARI TENGAH, adalah perlambang seorang yg beriman (pemuka agama), jari tengah merupakan jari yang paling tinggi diantara kelima jari,  akan tetapi setiap kali kita akan makan menggunakan tangan, atau mengambil suatu barang, secara atomatis jari tengah akan menarik diri menjadi sejajar dengan empat jari lainnya. Itulah perlambang kebijakan jari tengah. Perhatikan kembali telunjuk Anda, selain dekat dengan penguasa, maka dia akan selalu diingatkan untuk ingat Tuhan oleh Jari Tengah!

JARI MANIS, adalah perlambang orang-orang bijak, orang-orang berilmu. Maka dia selalu berdekatan dengan pemuka agama, agar ilmunya tidak disalah gunakan…agar ilmunya dimanfaatkan sesuai dengan segala norma yang berlaku, untuk kepentingan rakyat.

KELINGKING, menggambarkan rakyat kebanyakan. Rasakanlah, bahwa kelingking Anda sukar untuk menemui Jempol, Telunjuk dan Jari Tengah bahkan Jari Manis. Untuk menemuinya, dia harus berupaya keras! Berbeda dengan Jempol yang dengan mudahnya menemui keempat jari yang lain.

Perhatikanlah, ketika penguasa (Jempol) berkehendak berkunjung/menemui, pengusaha, pemuka agama, orang bijak/cerdik pandai dan rakyat, maka keempatnya akan menundukkan diri, yang melambangkan kepatuhan. Bila ini Jempol/Penguasa ini membawa HUKUM, bayangkan alangkah Indahnya. Perhatikan juga KELINGKING, ketika berkehendak menemui Jempol, Telunjuk, Jari Tengah dan Jari Manis, usahanya akan gagal bilamana keempatnya tidak menyambutnya! Bukankah demikian seharusnya.

Anda dapat mengembangkan pengertian ini sendiri dengan bahasa Anda.

Intermezo Falsafah #3

Sedikit berbeda dari Falsafah #3, khususnya untuk JARI MANIS dan KELINGKING, yang diartikan seperti berikut ini:

JARI MANIS, adalah perlambang pemuda, pemuda selalu manis untuk dipandang. Pemuda itu adalah mereka yang memiliki kepandaian, luas pengetahuannya, sopan santun tingkah lakunya, atau karna hal-hal lain. Itulah kenapa kita pasang cincin di jari manis kita, itu perlambang keindahan pemuda! (Benarkah?)

KELINGKING. Jari Kelingking, tak lain tak bukan adalah perlambang wanita. Kelingking jari terlemah diantara semuanya.  “Tapi, bukankah tidak selamanya perempuan itu lemah?” Itulah kenapa pada permainan “suit”, And  memenangkan Kelingking daripada Jempol, penguasa saja bisa bertekuk lutut dengan wanita. Tapi kelingking kalah dengan Telunjuk, wanita kalah oleh harta. Dan sudah ditakdirkan bahwa kelingking harus didekatkan dengan  (Sumber: disini).


Oh ya, hampir lupa, inilah jawab atas beberapa pertanyaan pada artikel ini. Ketika Anda menghitung mulai 60 hingga 1, apa yang terjadi?. Apa yang Anda rasakan? Tentu, jawabannya adalah Anda tidak merasakan apa-apa. Bila justru Anda merasakan sesuatu, sebaiknya Anda segera memeriksakan jemari tangan Anda kepada yang berwajib! Hahahaha.

Kemudian, apa jawaban Anda ketika ditanyakan,"Mengapa dua jari, yaitu Jari Tengah dan Jari Manis selalu menempel kata-kata jari?" Bila seorang (penguasa) Presiden meninggal dunia, maka sebutannya adalah mantan Presiden. Sedangkan bila Jari Tengah yang melambangkan pemuka agama, ketika meninggal, misalnya Gus Dur, maka gelarnya yaitu "KH" akan tetap melekat, tidak mungkin diucapkan mantan "KH". Demikian juga halnya, dengan Jari Manis yang melambangkan Cerdik Pandai, tidak ada sebutan mantan profesor, mantan doktor, mantan budayawan, dan sebagainya. Bukankah demikian?

Itulah sedikit intermeso untuk menutup artikel ini. Bila pembaca yang budiman mempunyai cerita falsafah tentang jemari, yang lain dari apa yang sudah diutarakan, sudilah membaginya disini.

Salam Takzim,
Bagus H. Jihad



6 komentar:

  1. mantap tentang falsafah jemari tangan... saya suka falsafah yang kedua. karena berbedalah jemari tangan jadi indah dan fungsional... plus jemari berbeda saja bisa hidup rukun... sementara kita ?

    ada yang menurut saya masih kurang falsafahnya... bagaimana kalau jemari digabung dengan kuku-kuku yang panjang... apa ya kira2 maknanya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indahnya rukun di dalam perbedaan. itulah yang kita impikan bersama. Apa falsafahnya kalau jemari digabung dengan kuku-kuku yang panjang? Waduh saya kok malah jadi takut. Kenapa? Sebab sudah tertanam stigma negatif sedari kecil, bahwa yang kukunya panjang-panjang itu mirip syetan.

      Dan dari beberapa penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan, dibawah kuku yang panjang adalah tempat berkumpul dan berkembangbiak kuman2.
      Saya kira demikian.

      Thengkiyu, Salam Takzim.
      Bagus H. Jihad

      Hapus
  2. Dahsyaaaaat.... pagi-pagi baca postingan Om Bagus langsung dapat hikmah yang luar biasa. Semua poin falsafahnya ngena banget, tapi ada yang paling kuat dan pas, yaitu dibagian :

    "...Perhatikanlah, ketika penguasa (Jempol) berkehendak berkunjung/menemui, pengusaha, pemuka agama, orang bijak/cerdik pandai dan rakyat, maka keempatnya akan menundukkan diri, yang melambangkan kepatuhan. Bila ini Jempol/Penguasa ini membawa HUKUM, bayangkan alangkah Indahnya. Perhatikan juga KELINGKING, ketika berkehendak menemui Jempol, Telunjuk, Jari Tengah dan Jari Manis, usahanya akan gagal bilamana keempatnya tidak menyambutnya! Bukankah demikian seharusnya..."

    Langsung dipraktekan dengan menempelkan Jempol ke Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis, dan Kelingking.

    Tidak sangka ya, selain sifatnya, jari-jari kita juga mempunyai penamaan yang kaya makna. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Om Rosid, banyak hal yang bisa kita petik dari keberadaan sesuatu dilingkungan kita, termasuk didalam badan kita. Saya sering dinasehati orang, "Mengapa kita punya dua mata, dua telinga dan hanya satu mulut?

      Itu artinya kita jangan terlalu banyak bercakap, perbanyaklah mendengar serta perbanyaklah melihat, apabalagi bila melihat dengan mata hati.

      Thengkiyu, Salam Takzim
      Bagus H. Jihad

      Hapus
  3. Jari manis tidak bisa berdiri sendiri, Mas Bagus. Coba satu-satu mulai jempol. Jempol lurus sedang keempat jari lain dalam posisi menggenggam/menekuk. Semua jari bisa lurus kecuali jari manis. Entah apa maknanya.

    BTW, falsafah jari di atas sangat menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener juga kata Kang KOmbor, jari manis tdk bisa berdiri tegak dengan cara seperti itu. Sedang saya pikirkan Kang, apa maknanya!

      Thengkiyu, Salam Takzim,
      Mimpi Siang Bolong

      Hapus

Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

Artikel Terkait