Rabu, 25 Januari 2012

Menengadah dan Menunduk Yang Tepat

Dalam keseharian kita, pasti kita pernah melakukan aktifitas ini, menengadah dan menunduk. Khusus bagi PNS yang setiap Jumat mengikuti Hari Krida dengan Senam Kesegaran Jasmani atau SKJ pastilah melakukan gerakan ini. Ya, gerakan ini dilakukan untuk melenturkan otot sekitar leher dan mengarah ke otot punggung. Hal ini dilakukan sebelum Anda memulai gerakan senam yang sesungguhnya.

Ketika  Anda terlalu banyak nonton televise atau didepan komputer, dan Anda merasa pegal dibagian leher, secara sadar bahkan refleks, maka Anda akan menengadah dan menunduk, untuk sekedar melemaskan otot-otot leher Anda, bukankah demikian? Tidak mungkin  Anda hanya menengadah, dan sebaliknya. Ada saatnya kita menengadah dan ada saatnya menunduk. Kapan seharusnya kita menengadah atau menunduk?

Sebelum membahas hal itu, terlebih dahulu kita tilik pengertian menengadah dan menunduk. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring) Kemendiknas, menengadah berasal dari kata kerja “tengadah”, sedangkan menunduk berasal dari kata kerja “tunduk”.

Tunduk mempunyai arti menghadapkan wajah ke bawah;  takluk; menyerah kalah; dan patuh; menurut (tentang perintah, aturan, dsb). Tengadah berarti melihat atau memandang ke atas. Selain itu, mempunyai arti berpikir dalam-dalam dan bekerja keras. Contoh penggunaannya adalah
  • ·      sudah terantuk, baru tengadah yang memiliki makna “baru ingat sesudah merugi”
  • ·      menengadah ke langit hijau, “ tidak ada harapan akan mendapat pertolongan”
  • ·      menengadah membilang layar, menangkup membilang lantai, “ pikirkan baik-baik sebelum melakukan pekerjaan”

Kembali ke topik, kapan seharusnya kita tengadah dan kapan seharusnya menunduk? Yang pasti, jangan berjalan sambil menengadah terus, nanti kaki Anda akan terantuk batu, lagian Anda juga akan pusing dibuatnya. Juga, jangan jalan sambil menunduk terus, nanti Anda akan menabrak sesuatu di depan Anda. Berjalan di kehidupan ini, harus balance, seimbang, menengadah dan menunduk. Itulah pembuka nasehat saya untuk kedua buah hati-ku, di minggu pagi.

Kapan Harus Menengadah

Anda pasti punya impian dan cita-cita. Tentu, Anda harus berjuang untuk mengggapai semua impian itu. Jangan Pernah menyerah!. Apakah impian Anda bersifat individual atau kolegial, inilah saatnya Anda banyak menengadah.

Menengadahlah kepada mereka yang berilmu tinggi, belajarlah dari mereka, pelajari cara mereka mendapatkan ilmu dan pembelajaran, kearifan dan kebijaksanaan.

Menengadahlah kepada mereka para ahli ibadah, bagaimana mereka berkiat selalu mendekat kepadaNya, tanpa meninggalkan kewajiban dunianya, menyebarkan kesejukan dan kedamaian. Elok budi pekerti dan tata bahasanya.

Menegadahlah kepada para dermawan, yang selalu menyisihkan hartanya kepada yang berhak. Mendahulukan mereka daripada dirinya dan keluarganya. Bagaimana mereka bisa melakukannya? Bukankah, sebagian harta kita adalah bagian mereka?

Menengadahlah kepada para pejuang, baik yang berjuang secara fisik ataupun secara moral. Para pejuang sosial untuk tata kehidupan yang lebih baik, dari strata apa pun mereka! Menengadah-lah kepada mereka!

Kapan Harus Menunduk

Apakah Anda sudah mengeluh hari ini? Banyak keluhan panjang-pendek, dengan subjek beraneka macam diungkapkan orang setiap hari, kepada teman, sejawat, keluarga, kelompok jejaring sosial, dan banyak lagi.  Akan tetapi, tunggu dulu.  Sebenarnya, pantaskah kita sering-sering mengeluh?  Coba renungkan sejenak.

Anda mungkin menghadapi banyak halangan dan rintangan dalam hidup sehari-hari, Sadarkah Anda bahwa masih banyak orang yang mengalami cobaan yang jauh lebih berat daripada Anda?  Kalau begitu, mulai hari ini kurangilah keluhan Anda, waktunya Anda untuk menunduk!

Ya, menunduklah! Lihatlah, masih banyak yang tidak seberuntung Anda. Sadarilah, banyak yang kurang seberuntung Anda, tetapi mereka tidak mengeluh.

Hanya kepada Allah-lah kita menengadah dan menunduk!

Tengadahkan mukamu kepadaNya, karena dia adalah pemilikmu, yang memiliki segala yang ada. Dia-lah yang Mencipta, yang Mengatur dan Memelihara. Tengadahkan wajahmu, lihatlah betapa Kuasanya Dia.

Tundukkan wajahmu! Ingatlah aturan dan hukum yang telah ditetapkan-Nya untuk kita. Berapa banyak aturan yang telah kita langgar. Berapa banyak hukum yang kita terobos? Mari, jangan hanya menundukkan wajah, tapi tundukkan hati kita dihadapan-Nya. Ampunilah kami Ya Allah, tunjukilah kami jalanMu yang lurus.

Jadi, kapan saatnya Anda menunduk? Dan kapan menengadah?

Salam Takzim,
Bagus H. Jihad


6 komentar:

  1. menengadah dan menunduk, dilakukan saat kita "pegal" menghadapi hidup, biar fresh lagi :)

    mungkin dalam konteks menggapai impian saja, menengadah untuk melihat puncak cita-cita dan tujuan kita yang ingin kita raih, dan menunduk untuk melihat sejauh mana kita sudah mendaki dan merenung untuk tidak mengkhianati perjuangan selama ini, Sementara momen "pegal" adalah ketika kita kehilangan motivasi atau mulai keluar jalur dari cita-cita kita :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Ramy, padi semakin berisi, akan semakin menunduk! Maknanya harusnya juga seperti posting saya "3 Falsah Jemari Tangan".

      Bila orang2 berilmu, ahli ibadah, pengusaha/orang kaya dan penguasa, selau menunduk, melihat masyarakat banyak...alangkah indahnya Indonesia. Yang terjadi justru mereka menengadah, tak melihat.
      Jadi ingat syairnya bimbo.
      bermata tapi tak melihat
      bertelingan tapi tak mendengar
      berhati tapi tak merasa...

      Salam Takzim,
      Bagus H. Jihad

      Hapus
    2. bener om, bahkan ada yang hear but not listening, see but not watching :D

      thanks om :D

      Hapus
  2. Menengadah dan menunduk memang harus empan papan dan empan wayah. Di saat harusnya menunduk, jangan menengadah. Begitu pun sebaliknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kang, saya kurang paham makna "empan", bisa lebih diperjelas?

      Nasehat ini saya berikan untuk anak2 saya, agar jangan melihat ke atas, misalnya tentang besarnya uang jajan teman2nya. HP yang digunakan, sepatu, dll.

      Saya tekankan untuk menunduk, melihat mereka yg bahkan tdk bersepatu berangkat ke sekolah!
      Bila perlu tidak hanya meunduk tapi merunduk!

      Salam Takzim,
      Bagus H. Jihad

      Hapus

Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

Artikel Terkait