Ketika Anda terlalu banyak nonton televise atau
didepan komputer, dan Anda merasa pegal dibagian leher, secara sadar bahkan
refleks, maka Anda akan menengadah dan menunduk, untuk sekedar melemaskan
otot-otot leher Anda, bukankah demikian? Tidak mungkin Anda hanya menengadah, dan sebaliknya. Ada
saatnya kita menengadah dan ada saatnya menunduk. Kapan seharusnya kita
menengadah atau menunduk?
Sebelum membahas hal itu, terlebih
dahulu kita tilik pengertian menengadah dan menunduk. Dalam Kamus besar Bahasa
Indonesia (KBBI Daring) Kemendiknas, menengadah berasal dari kata kerja “tengadah”, sedangkan menunduk berasal
dari kata kerja “tunduk”.
Tunduk mempunyai arti menghadapkan wajah ke bawah; takluk; menyerah kalah; dan patuh; menurut (tentang perintah,
aturan, dsb). Tengadah
berarti melihat atau memandang ke atas. Selain itu, mempunyai
arti berpikir dalam-dalam dan bekerja keras. Contoh penggunaannya adalah
- · sudah terantuk, baru tengadah yang memiliki makna “baru ingat sesudah merugi”
- · menengadah ke langit hijau, “ tidak ada harapan akan mendapat pertolongan”
- · menengadah membilang layar, menangkup membilang lantai, “ pikirkan baik-baik sebelum melakukan pekerjaan”
Kembali ke topik, kapan seharusnya
kita tengadah dan kapan seharusnya menunduk? Yang pasti, jangan berjalan sambil
menengadah terus, nanti kaki Anda akan terantuk batu, lagian Anda juga akan
pusing dibuatnya. Juga, jangan jalan sambil menunduk terus, nanti Anda akan
menabrak sesuatu di depan Anda. Berjalan di kehidupan ini, harus balance,
seimbang, menengadah dan menunduk. Itulah pembuka nasehat saya untuk kedua buah
hati-ku, di minggu pagi.
Kapan Harus
Menengadah
Anda pasti punya impian dan
cita-cita. Tentu, Anda harus berjuang untuk mengggapai semua impian itu. Jangan
Pernah menyerah!. Apakah impian Anda bersifat individual atau kolegial,
inilah saatnya Anda banyak menengadah.
Menengadahlah kepada mereka yang
berilmu tinggi, belajarlah dari mereka, pelajari cara mereka mendapatkan ilmu
dan pembelajaran, kearifan dan kebijaksanaan.
Menengadahlah kepada mereka para
ahli ibadah, bagaimana mereka berkiat selalu mendekat kepadaNya, tanpa meninggalkan
kewajiban dunianya, menyebarkan kesejukan dan kedamaian. Elok budi pekerti dan
tata bahasanya.
Menegadahlah kepada para dermawan,
yang selalu menyisihkan hartanya kepada yang berhak. Mendahulukan mereka
daripada dirinya dan keluarganya. Bagaimana mereka bisa melakukannya? Bukankah,
sebagian harta kita adalah bagian mereka?
Menengadahlah kepada para pejuang,
baik yang berjuang secara fisik ataupun secara moral. Para pejuang sosial untuk
tata kehidupan yang lebih baik, dari strata apa pun mereka! Menengadah-lah
kepada mereka!
Kapan Harus
Menunduk
Apakah Anda sudah mengeluh hari
ini? Banyak keluhan panjang-pendek, dengan
subjek beraneka macam diungkapkan orang setiap hari, kepada teman, sejawat,
keluarga, kelompok jejaring sosial, dan banyak lagi. Akan tetapi, tunggu dulu. Sebenarnya, pantaskah kita sering-sering
mengeluh? Coba renungkan sejenak.
Anda
mungkin menghadapi banyak halangan dan rintangan dalam hidup sehari-hari, Sadarkah Anda bahwa masih banyak orang yang
mengalami cobaan yang jauh lebih berat daripada Anda? Kalau begitu, mulai hari ini kurangilah
keluhan Anda, waktunya Anda untuk menunduk!
Ya, menunduklah! Lihatlah, masih
banyak yang tidak seberuntung Anda. Sadarilah, banyak yang kurang seberuntung
Anda, tetapi mereka tidak mengeluh.
Hanya kepada Allah-lah kita menengadah dan
menunduk!
Tengadahkan
mukamu kepadaNya, karena dia adalah pemilikmu, yang memiliki segala yang ada.
Dia-lah yang Mencipta, yang Mengatur dan Memelihara. Tengadahkan wajahmu,
lihatlah betapa Kuasanya Dia.
Tundukkan
wajahmu! Ingatlah aturan dan hukum yang telah ditetapkan-Nya untuk kita. Berapa
banyak aturan yang telah kita langgar. Berapa banyak hukum yang kita terobos?
Mari, jangan hanya menundukkan wajah, tapi tundukkan hati kita dihadapan-Nya.
Ampunilah kami Ya Allah, tunjukilah kami jalanMu yang lurus.
Salam Takzim,
Bagus H. Jihad
menengadah dan menunduk, dilakukan saat kita "pegal" menghadapi hidup, biar fresh lagi :)
BalasHapusmungkin dalam konteks menggapai impian saja, menengadah untuk melihat puncak cita-cita dan tujuan kita yang ingin kita raih, dan menunduk untuk melihat sejauh mana kita sudah mendaki dan merenung untuk tidak mengkhianati perjuangan selama ini, Sementara momen "pegal" adalah ketika kita kehilangan motivasi atau mulai keluar jalur dari cita-cita kita :)
Thanks Ramy, padi semakin berisi, akan semakin menunduk! Maknanya harusnya juga seperti posting saya "3 Falsah Jemari Tangan".
HapusBila orang2 berilmu, ahli ibadah, pengusaha/orang kaya dan penguasa, selau menunduk, melihat masyarakat banyak...alangkah indahnya Indonesia. Yang terjadi justru mereka menengadah, tak melihat.
Jadi ingat syairnya bimbo.
bermata tapi tak melihat
bertelingan tapi tak mendengar
berhati tapi tak merasa...
Salam Takzim,
Bagus H. Jihad
bener om, bahkan ada yang hear but not listening, see but not watching :D
Hapusthanks om :D
Setuju sekali...
HapusMenengadah dan menunduk memang harus empan papan dan empan wayah. Di saat harusnya menunduk, jangan menengadah. Begitu pun sebaliknya.
BalasHapusKang, saya kurang paham makna "empan", bisa lebih diperjelas?
HapusNasehat ini saya berikan untuk anak2 saya, agar jangan melihat ke atas, misalnya tentang besarnya uang jajan teman2nya. HP yang digunakan, sepatu, dll.
Saya tekankan untuk menunduk, melihat mereka yg bahkan tdk bersepatu berangkat ke sekolah!
Bila perlu tidak hanya meunduk tapi merunduk!
Salam Takzim,
Bagus H. Jihad