Sabtu, 28 Januari 2012

Daftar Komplain

“Wah, hari ini aku sial banget!  Di perempatan dekat rumahku, tadi pagi ada truk terguling.  Bayangin aja, diwaktu jam berangkat kerja begini, 20 menit mobilku nggak bergerak!  Jadinya ya begini, dipelototin ama si Bos, karena terlambat.  Jelas aku ditegur!, sambungku. 


Anda pasti pernah mengeluh dan menggerutu, seperti contoh saya di atas. Terlihat lumrah dan biasa bukan? Ya, kejadian di atas termasuk bagian dari komplain. Komplain (complain) menurut bebarapa kamus (diantaranya “Encarta Dictionary” , “Merriam Webster” dan dictionary.reference.com digunakan untuk:

1.   Mengungkapkan keluhan, ketidakpuasan, ketidaksenangan, atau ketidakpuasan;
2.   Protes, membuat tuduhan formal atau tuduhan resmi, dan
3.   Untuk memberikan statemen untuk menyatakan ekspresi kesedihan, rasa sakit, menyesal, kecaman, dan lain lain.

Pada alinea pertama di atas, keluhan yang saya sampaikan masih terkesan biasa, tetapi bagaimana bila dilanjutkan dengan frasa ini.
 “Gara-gara truk sialan itu! Mikir sedikit kenapa, masak bawa barang sampai seperti itu, akibatnya kehilangan keseimbangan deh! 
Nah, kata-kata umpatan sudah mulai keluar, mungkin sumpah serapah lainya, bahkan penghuni kebun binatang terbawa-bawa. Setelahnya disambung dengan tuduhan yang  belum tentu benar “benarkah truknya terguling karena muatannya?”, ini akan menjadi 'negative thingking'.

Perhatikan, bagaimana makanan yang Anda makan mempengaruhi kondisi tubuh Anda. Dan saat Anda tahu, Anda akan benar-benar manghindarinya (bila berdampak buruk),  dan jika Anda terus makan makanan yang sama berulang-ulang, pastinya akan memiliki dampak yang besar pada tubuh Anda dari waktu ke waktu. Tubuh Anda akan mendambakan makanan tersebut dan mengharapkan yang sama, bahkan dengan porsi yang lebih banyak (ingat bagaimana orang kecanduan NAZA!). Namun,  Anda masih bebas untuk mengubah apa yang Anda makan, yang akan secara bertahap merekondisi fisik Anda sesuai dengan makanan baru itu.

Gambaran diatas sebagai ilustrasi, mengapa "pikiran negatif" bisa begitu adiktif. Jika Anda tetap mempertahankan pikiran negatif itu selalu muncul di benak Anda, Anda telah mengkondisikan pikiran Anda untuk mengharapkan dan bahkan menginginkan mereka merasuk terus. Neuron Anda bahkan akan belajar untuk memprediksi terjadinya kembali stimulus negatif. Dan hal ini akan berada di posisi atas pola pikir Anda.

Baiklah, sampai disini, berhentilah sejenak membaca artikel ini! Pikirkanlah apa keluhan Anda hari ini, kemarin, 2 hari lalu , seminggu lalu, sebulan. Buatlah daftarnya! Saya serius, ”Buatlah daftarnya!”.  Tulislah, apa keluhan Anda, ketidakpuasan, ketidaksenangan, ketidakpuasan terhadap sesuatu. Atau tentang protes atau kecaman.

Seberapa panjang DAFTAR KOMPLAIN yang Anda buat? Bacalah sekali lagi “Daftar Komplain” Anda. Apakah komplain yang ada di “Daftar Komplain” itu, sebagian besar atau bahkan semuanya bersangkutan dengan orang kedua, ketiga, perusahaan, pemerintah, dan sebagainya. Apakah di “Daftar Komplain” Anda tersebut ada keluhan terhadap diri sendiri? Dan apakah Anda punya jalan keluar yang lebih baik terhadap semua yang ada di “Daftar Komplain” itu?

  • Apakah Anda merasa bosan dengan menu makan siang yang itu lagi-itu lagi
  • Apakah di rumah, makanan kurang bervariasi? 
  • Apakah Anda bosan melihat pemandangan kemacetan lalu-lintas setiap hari?  Apakah Anda bosan melihat cat kusam rumah Anda yang sudah 15 tahun tidak diganti? 
  • Apakah Anda iri pada teman Anda, yang mempunyai rumah lega, perabot rumah bagus, semua ruangan ber-AC, mobil bagus?  Sedangkan rumah Anda sempit, kalau hujan bocor, banjir, kalau panas banyak debu, banyak nyamuk, di dalam rumah kepanasan? 
  • Apakah Anda mengeluh dengan tingkah laku pasangan (istri atau suami) Anda?  Pasangan Anda itu benar-benar tidak mau memahami keadaan dan kemauan Anda! 
  • Apakah Anda sering mengeluh karena naik motor atau mobil Anda tidak ber-AC, jalan macet, Anda kepanasan, badan berkeringat? BAU! 
  • Apakah Anda merasa bosan dengan pekerjaan Anda?  Kerjanya keras, gaji tidak seberapa, sedangkan orang lain kerjanya santai, gajinya besar. 
  • Apakah Anda mudah terpicu menjadi marah dan menunjukkan jari ke orang lain, kalau ada sesuatu yang tidak beres (jalan macet, korupsi merajalela, mafia hukum menggurita, wakil rakyat malas sidang, kemiskinan masih menggelayut, kejahatan di mana-mana, teror mengancam)? 


Pembaca MSB yang budiman,
Sadarkah Anda bahwa banyak sekali orang yang penghasilannya kurang untuk membeli makan amat sederhana sekalipun untuk 2 kali sehari bahkan sekali saja?  Sadarkah Anda masih banyak penduduk di Indonesia yang kelaparan akibat bencana dan kemiskinan?
Sadarkah Anda bahwa banyak orang yang ingin dapat melihat secercah cahaya namun tidak mampu?
Sadarkah Anda bahwa masih banyak orang yang tidak punya tempat permanen (rumah) untuk berteduh?  Sadarkah Anda berapa banyak orang yang harus tinggal di kolong jembatan?
Sadarkah Anda bahwa pasangan Anda, atau orang lain juga mempunyai keluhan tentang diri Anda?  Mungkin keluhannya tentang diri Anda jauh lebih banyak daripada keluhan Anda sendiri.
Sadarkah Anda banyak orang yang masih harus naik kendaraan umum, dan masih banyak yang harus berjalan kaki?
Sadarkah Anda bahwa masih banyak orang yang mau bekerja menggantikan Anda dengan gaji yang lebih kecil?
Sadarkah Anda bahwa di dunia ini tidak ada Superman, bahwa membenahi sesuatu yang sudah lama dibiarkan memerlukan usaha nyata, kerja keras bersama-sama dalam proses yang panjang? 
 
Sekarang, mari renungkan sejenak!

Banyak keluhan panjang-pendek, dengan subjek beraneka macam diungkapkan orang setiap hari (termasuk saya dan Anda), kepada teman, sejawat, keluarga, kelompok jejaring sosial, dan banyak lagi.  Akan tetapi, tunggu dulu.  Sebenarnya, pantaskah kita sering-sering mengeluh? 

Anda mungkin menghadapi banyak halangan dalam hidup sehari-hari, Sadarkah Anda bahwa masih banyak orang yang mengalami cobaan yang jauh lebih berat daripada Anda?  Kalau begitu, mulai hari ini kurangilah keluhan Anda, ikutlah bertindak nyata untuk memperbaiki keadaan.  Perbanyak senyum Anda, jangan membuang sampah di sembarang tempat, masukkan ke tempat sampah, ajak keluarga dan teman untuk menanam pohon, hemat energi, jangan ikut-ikutan melanggar peraturan lalu lintas, jujurlah dalam berbisnis, jangan merusak fasilitas umum, jadilah teladan bagi keluarga dan teman, dan perbanyak syukur kepada Tuhan. 

Ayo perbaiki “Daftar Komplain yang sudah kita buat”. Kita ganti lebih banyak dengan komplain tentang diri kita sendiri. Mengapa aku kok masih egois?. Mengapa aku kok masih “seenak puser” naik motor di jalan raya?. Mengapa aku kok masih buang sampah sembarangan? Mengapa aku masih boros energi? Mengapa aku tidak menjadi teladan bagi orang lain? Dan mengapa-mengapa lainnya.

Ingat, Anda masih mempunyai kesempatan untuk membuat dunia di sekitar Anda menjadi lebih baik!

Salam Takzim,
Bagus H. Jihad

Sumber bacaan: Menengadah dan Menunduk Yang Tepat; milis HR_Excellency


Selanjutnya Baca: Menengadah dan Menunduk Yang Tepat 



6 komentar:

  1. mantaf gan, emank menyadarkan diri sendiri memang lebih penting drpd menyadarkan orang lain. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju dengan pendapat Anda, saya, Anda, dan siapa saja harus memulainya untuk kehidupan yang lebih baik.

      Dari yang kecil.
      Dari diri sendiri.
      Mulai Hari ini.

      Salam Takzim,
      Bagus H. Jihad

      Hapus
  2. wah... daftar komplain.. cobalah bersyukur.. dan mencoba memetik hikmah dari semua itu.. InsyaAllah hati tenang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Opick, saya sedang belajar, bagaimana untuk tidak selalu mengeluh dan komplain...tentang apa saja. Terutama bila sedang berkendara di jalan raya.

      Salam Takzim,
      Bagus H. Jihad

      Hapus
  3. biasanya saya menyesal mengapa tadi malam tidak tidur awal, walaupun paginya subuh jamaah tapi habis subuh tidur lagi

    tapi tiap hari diulang-ulang terus g kapok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, berarti niatnya harus diperkuat Mas!
      Banyak kerugian yang didapat kalau tidur sehabis subuh, googling aja deh, apa saja kerugiannya.

      Salam Mas Choirul

      Hapus

Pembaca yang BUDIMAN, Sudilah kiranya Anda meninggalkan pesan/komentar terkait artikel yang Anda baca, atau mengenai Blog ini. Terima kasih dan Salam Takzim.

Artikel Terkait